“Katanya semua akan diganti dengan EBT, ketika saya tanya bagaimana bisa? Oh ya nanti mobil listrik. Listrik dari mana? dari aki, butuh listrik dari fuel juga, macam memindahkan saja,” ucapnya dalam diskusi di SKK Migas, Kamis (08/07/2021).
Dia menekankan bahwa migas masih akan menjadi energi yang utama. Apalagi, lanjutnya, pengembangan energi alternatif sebagai substitusi masih berjalan kurang lancar, seperti pengembangan panas bumi, energi air, bio energi, surya, hingga angin.
“Transisi energi adalah mensubstitusi dengan adanya panas bumi, air, batu bara, surya, angin, biofuel ikut-ikut, rame-rame jangan terlalu berat, minyak dan gas yang nanggung,” ujarnya.
Dia pun optimistis bahwa minyak tidak akan habis dalam kurun waktu 10,20,30 bahkan sampai 100 tahun ke depan. Menurutnya, pengeboran hidrokarbon di Indonesia saat ini baru 15 km atau baru 15.000 m yang terdalam. Padahal, lapisan tanah yang mengandung minyak bisa sampai 100 km. Artinya, pemenuhan energi dari minyak masih akan panjang.
Hanya saja, imbuhnya, kendalanya saat ini adalah teknologi yang belum dimiliki untuk mencapai itu. “Jadi masih panjang, cuma teknologi kita untuk menyentuh itu belum ada, jadi please deh energi migas yang utama,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, jangan lupa bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah bernama impor minyak di mana ketika harga minyak naik, ini menjadi beban bagi APBN.
Mungkin saat ini masih banyak orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya minyak bumi terdapat pada hampir seluruh aspek kehidupan kita, mulai dari produk plastik yang kita gunakan sehari-hari yang ternyata mengandung polietilena tereftalat atau PET yang merupakan produk turunan dari minyak bumi. Tidak hanya produk plastik saja namun produk produk seperti kosmetik, perabotan rumah, pakaian, sabun dan pembersih, obat-obat an, bahan-bahan pertanian seperti pupuk, pestisida, insektisida, dan berbagai jenis barang elektronik yang terdapat di sekitar kita seperti ponsel, televisi, komputer, serta kendaraan yang tidak hanya membutuhkan minyak bumi untuk melaju namun sebagian besar komponen nya terbuat dari olahan minyak bumi. Bahkan dalam kendaraan ramah lingkungan seperti Electric Vehicle (EV) pun mayoritas komponen nya juga terbuat dari hasil olahan minyak bumi.
Termasuk listrik yang ada dirumah kita saat ini dan listrik yang digunakan untuk mengisi kendaraan listrik juga sebagian besar masih membutuhkan minyak bumi untuk menggerakan turbin pada pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU agar dapat menghasilkan listrik.
Uraian diatas memberikan kita gambaran bahwa saat ini manusia belum dapat lepas dari minyak bumi, dikarenakan manusia yang masih sangat ketergantungan terhadap minyak bumi untuk melakukan kegiatan dalam hal hal yang kita lakukan setiap hari, menjadikan cita cita Indonesia untuk sepenuhnya terbebas dari energi fosil terasa mustahil.
Seperti yang disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, minyak bumi masih akan mendominasi bauran energi primer dunia hingga tahun 2050. Peran energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) dalam berbagai kegiatan ekonomi saat ini belum tergantikan. Ketersediaan cadangan bahan bakar fosil masih menjadi tolok ukur bagi ketahanan energi suatu negara.
“Berdasarkan data IMF, sampai dengan tahun 2035, dunia masih bergantung pada bahan bakar fosil. Banyak event-event geopolitik memperlihatkan bahwa ketahanan energi menjadi isu utama di masa depan. Minyak bumi mendominasi bauran energi primer dunia sampai tahun 2050,” ujar Menteri ESDM saat memberikan sambutan di acara World Energy Forum di Dubai, Persatuan Emirat Arab, Senin, (22/10/2012).
Menurut penulis, saat ini Indonesia harus mempertimbangkan terkait inovasi teknologi dalam pengembangan minyak bumi sehingga dengan harapan Indonesia dapat membuat proses produksi minyak bumi lebih efisien dan masih dapat memenuhi permintaan minyak bumi yang tidak akan berkurang dalam waktu yang cepat. Transisi menuju energi terbarukan memang sangat penting, namun apabila sektor sektor kehidupan di Indonesia masih belum siap, maka Indonesia tidak akan bisa berhasil.
Seperti yang disampaikan oleh Menko Airlangga bahwa. “Hanya ada satu kunci untuk memastikan keberhasilan transisi energi, yaitu kerja sama dan kemitraan. Publik, swasta, dan Badan Usaha Milik Negara harus memiliki andil dalam proyek ini,”. Tutup Menko tersebut dalam acara Special Event Road to G20 by HIMPUNI, Selasa (25/10/2022).