“Di hari Ibu ini BRI memaknai dengan berbagi. Kami mengajak murid-murid SAAJA untuk merayakan Hari Ibu bersama orang tuanya di sekolah dan menjadikan momentum ini sebagai kesempatan untuk berterima kasih kepada Ibu-Ibu yang telah berjasa bagi anak-anak. Dan semoga bantuan yang kami berikan dapat mendukung penyelenggara sekolah untuk menyediakan sekolah alternatif yang layak dan pada akhirnya bisa membantu menyiapkan masa depan yang baik buat anak-anak.” Ungkap Aestika.
Di acara tersebut juga, BRI secara simbolis menyerahkan bantuan paket sembako berupa beras, minyak goreng, gula pasir dll, kepada para Ibu yang merupakan orang tua murid SAAJA.
Kegiatan berbagi di Hari Ibu melibatkan para Srikandi BRI, yang merupakan wujud kepedulian pekerja wanita BRI kepada sesama. Srikandi BRI sendiri merupakan sebuah komunitas bagi karyawan wanita di BRI yang didirikan sejak 23 April 2020. Komunitas ini bergerak menjalankan berbagai program strategis dalam rangka meningkatkan kapabilitas perempuan.
Ia menambahkan, dalam implementasinya, BRI juga menerapkan budaya kerja yang menjunjung tinggi perempuan. Hal tersebut dibuktikan juga dari komposisi SDM, khususnya jumlah pekerja perempuan di BRI yang sebanyak 42,36% untuk karyawan perempuan dan 57,64% untuk pria.
Kristina Iin Dwiyanti, selaku Pengajar di SAAJA menambahkan, kegiatan berbagi di Hari Ibu bersama BRI ini merupakan sebuah memontum yang baik untuk anak-anak didiknya, karena dengan kegiatan tersebut akan membangkitkan motivasi dan semangat anak untuk lebih percaya diri dan semakin semangat dalam belajar.
“Kami berterima kasih kepada BRI atas perhatian yang diberikan kepada anak-anak dan orang tua. Momen ini tentunya menjadi sebuah bentuk ekspresi dari anak-anak kepada orang tua sehingga dapat membantu perkembangan tumbuh kembang dan mental anak-anak didik kami, sekaligus memberikan motivasi dan kepercayaan diri anak”, imbuhnya.
Saat ini terdapat 40 (empat puluh) siswa yang menimba ilmu di SAAJA dengan jenjang usia 5-7 tahun dan didukung dengan 2 (dua) tenaga pendidik (Guru). Para pendidik mengembangkan suatu model pendidikan informal berupa alat dan materi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, sekolah ini dapat melahirkan lulusan yang memiliki kesiapan mental, keterampilan, pengetahuan dan kecerdasan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.(SP)