Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya sistematis untuk memastikan ibu hamil dapat mengonsumsi TTD dengan baikPelatihan ini merupakan bagian dari serangkaian pengembangan kapasitas untuk staf Dinkes dankapasitas tenaga pengelola program gizi dalam rangka peningkatan kualitas layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang ada.
Purwanti menambahkan bahwa dalam pelatihan ini terdapat materi mengenai pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
Nutrition International juga akan melanjutkan memberikan dukungan pelatihan kepada pengelola program gizi di tingkat puskesmas dengan menggunakan tenaga pelatih yang telah mengikuti ToT ini. Purwanti menutup sambutannya dengan mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil provinsi NTT atas dukungan dan kerja sama sehingga kegiatan pelatihan untuk pelatih ini dapat terlaksana.
Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Iwan Martin Pellokila, S.Sos dalam sambutannya mewakili kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa meskipun angka stunting di NTT terus menurun, tapi NTT masih memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia yaitu 20,9% pada tahun 2021. Angka ini mengacu pada data yang diperoleh dari operasi timbang melalui elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), bulan Agustus 2021 yang menunjukkan prevalensi balita stunting (tinggi badan menurut umur) di NTT adalah 20,9%.
Untuk tingkat kabupaten, angka prevalensi stunting tertinggi terdapat di Kab. Timor Tengah Selatan sebesar 32,1%, kemudian Kab. Sumba Barat Daya 31,2%, Kab. TTU sebesar 25,3%, Kab. Sabu Raijua 25,5% dan Kab .Kupang berada di urutan kelima sebesar 22,3%, Data ini menujukkan adanya masalah dalam manajemen penyelenggaraan pelayanan dasar, sehingga pelayanan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting belum tersedia dalam skala dan kualitas yg memadai. Juga, layanan yang baik belum mencapai kelompok sasaran prioritas, yaitu ibu hamil dan anak-anak usia di bawah dua tahun. Penyebabnya bersifat multidimensional, tidak hanya kemiskinan dan akses pangan tetapi juga pola asuh dan pemberian makan pada balita
Lebih lanjut Pellokila menyatakan bahwa berdasarkan hasil Laporan Rutin Program Gizi dari Dinkes Provinsi NTT 2021, persentase ibu hamil yang mendapatkan TTD di NTT adalah 72.1%, Untuk Kab. TTU adalah 91% dan Kab. Kupang 68%. Data Laporan Rutin Program Gizi Provinsi NTT tahun 2021 juga menunjukan bahwa proporsi pemberian kapsul vitamin A dalam 12 bulan terakhir pada anak umur 6-59 bulan di NTT adalah 93%, Kab. Kupang 89,6%, dan Kab. TTU 90,8%. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 (RISKESDAS) menunjukkan bahwa prevalensi diare pada semua kelompok umur sebesar 8% dan angka prevalensi pada balita sebesar 12,3%. Selain itu, setiap balita di Indonesia menderita diare sebanyak 1 – 2 kali per tahun. Dengan kemajuan yang telah dicapai dan permasalahan yang masih dihadapi, Pellokila mengharapkan kegiatan yang didukung oleh Nutrition International ini dapat membantu mengatasi masalah dalam program TTD ibu hamil, suplementasi vitamin A, dan pengobatan balita diare dengan oralit dan zink dan dapat terus ditingkatkan di tingkat kabupaten dan puskesmas.
Dalam kegiatan ini, staf Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari dua perwakilan bidang Gizi, satu perwakilan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), satu perwakilan bidang Diare satu orang dan satu Widya Iswara bertindak sebagai narasumber. Metode kegiatan ini dilakukan secara luring dan daring. Semua peserta, narasumber, dan panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat termasuk persyaratan hasil rapid test antigen yang negatif.(AP)