“Kami punya ratusan bahkan ribuan hektar lahan tidur yang belum diolah. Di desa kami, berdasarkan data saya, kami punya sekitar 150 hektar yang bisa dipakai untuk tanam jagung ekosistem baru yang ditawarkan yakni TJPS. Kendala kami hanya pada akses jalan dan air,” tegas Hendrikus Poi Aran.
Tak hanya dia, melainkan hal yang sama disampaikan koleganya sesama Kades, Fidelis Natan Tukan. “Kami punya kendala yang sama, yakni infrastruktur menuju lokasi yang kami siapkan yakni 120 hektar,” tegasnya.
Menjawab mereka, Kadis Pertanian NTT, Lucky F. Koli menegaskan bahwa dalam skema pembiayaan yang baru, pemerintah sudah menyiapkan bibit jagung, pupuk non subsidi yang ramah, serta off Taker.
“Sehingga saya minta agar bapak-bapak Kades tolong mendata nama-nama petani yang lahannya mau dipakai, berapa luas lahan dan setelah Paskah, kita akan duduk bersama lagi untuk mengevaluasi data yang diberikan serta bagaimana cara eksekusinya,” tegas Lucky sambil berharap nantinya desa-desa di Kecamatan Tanjung Bunga akan menjadi contoh yang baik, guna menggerakkan desa-desa lain di Flores Timur baik itu di Larantuka dan sekitarnya maupun di Solor dan Adonara.
Fokus mereka, nantinya ada 5.000 hektar lahan yang akan ditanami jagung khusus di Flores Timur.
Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho saat itu menjelaskan, pihaknya mensupport penuh program TJPS.
“Jika mau jujur, masyarakat diuntungkan dengan program ini, yakni setiap hektar mereka hasilkan tujuh ton jagung yang jika dijual dengan harga pasar saat ini, mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit, yakni diperkirakan Rp28 Juta per hektar. Ada putaran uang yang besar di masyarakat karena ada off taker yang siap membeli hasil panen,” tegas Alex.
Tak hanya itu, dalam pola ini ada kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan sehingga jika ada wirausaha mandiri mengalami kecelakaan kerja maka seluruh pembiayaannya akan dicover. Termasuk kesehatannya pun akan dicover seluruhnya oleh BPJS.
Bank NTT menurutnya akan hadir bersama Pemprov untuk melakukan sosialisasi kepada petani di Tanjung Bunga maupun kecamatan lain di Flores Timur yang membutuhkan penjelasan.
“Kita berharap seusai Paskah tahun ini, minggu depan kalau bisa, ada rapat sehingga kita sudah bisa bergerak,” tegas Alex.
Tidak hanya itu, Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu menjelaskan, mengenai usulan pembuatan jalan, sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab Dinas Pertanian, karena terkait status jalan yang msuk kategori jalan tani.
“Sementara mengenai embung seperti yang disampaikan sebagai sumber air baku bagi sektor pertanian, kami siap memfasilitasinya. Sehingga kami sudah berpesan kepada Kadis Pertanian Flores Timur yang hadir saat rapat, untuk segera menginformasikan ke Kadis PU untuk membuat kajian kelayakan serta silahkan berproses. Tentu semua ada waktunya, sementara mengenai skenario menyambut musim tanam Oktober-Maret, Dinas Pertanian NTT sudah menyiapkan skenarionya,” ujar Maksi. (Humas Bank NTT)