“Tahun lalu pasar karbon IDX sudah diluncurkan, sudah ada perdagangan, walaupun masih jauh dari signifikan,” katanya.
Apabila ekosistem perdagangan karbon sudah terbangun, William yakin bahwa nilai perdagangannya bisa mencapai Rp160.000 triliun, dengan asumsi harga karbonnya sama dengan pasar Eropa. Hanya saja, diperlukan ekosistem yang mapan untuk mencapainya.
“Kita bukan hanya bicara Rp8.000 triliun kalau harganya US$ 5 per ton, tapi kita bisa bicara sampai Rp160.000 triliun. Pertanyaannya adalah ekosistem carbon market-nya mau dikembangkan dengan serius apa tidak,” ujar dia.
IBC merupakan perhimpunan pengusaha yang berkomitmen meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berbagai riset.
Dalam menjalankan misinya, IBC memiliki empat pilar riset. Pertama, riset soal pertumbuhan ekonomi. Kedua, mengenai pembangunan sumber daya manusia. Ketiga, bicara soal penguatan tata kelola (governance), dan terakhir, soal inovasi serta iklim.
Salah satu isu yang ikut didorong IBC melalui pilar keempat adalah peran bursa karbon dalam akselerasi ekonomi RI dan realisasi komitmen penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menuju target Indonesia Emas 2045.(AP)