Adapun kapitalisasi pasar BBRI pada pekan kedua September 2022 berada di angka Rp675,95 triliun. Dengan EPS alias laba bersih per saham Rp327, maka PER saham ini 13,64 kali dan price to book value (PBV) 2,39 kali.
Sebagai informasi, saham hasil buyback akan disimpan sebagai saham treasury dalam rangka pemberian insentif kepada pekerja BRI. Hal ini merupakan bentuk apresiasi perusahaan terhadap pekerjanya yang telah memberikan kinerja terbaiknya.
Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Ryan Santoso mengatakan kemampuan BRI untuk menciptakan pertumbuhan baru menjadi kunci perseroan masih terus optimistis di tengah tantangan ekonomi saat ini.
Dibayangi kenaikan suku bunga acuan, Ryan menyebut besar kemungkinan pertumbuhan kredit BRI menyentuh 9%-11% Year on Year (YoY). Dalam risetnya, dirinya menyebut pertumbuhan kredit sektor mikro BRI bisa mencapai 13%-15% YoY.
Kinerja pertumbuhan kredit BRI semakin kuat berkat konsolidasi Holding Ultra Mikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Kredit dari anak usaha PNM juga diproyeksikan tumbuh 17%-20% yoy serta kredit PT Pegadaian naik 10%-11% yoy.
Hingga paruh pertama tahun ini, BRI Group membukukan laba bersih senilai Rp24,88 triliun atau tumbuh 93,38% YoY. Pencapaian laba ini menjadi yang terbesar sekaligus menjadi pertumbuhan yang tertinggi di Indonesia.
Dengan kinerja laba tersebut bank membukukan tingkat pengembalian modal atau Return on Equity (ROE) sebesar 17,54% dan tingkat pengembalian aset atau Return on Assets (ROA) mencapai 3%.(AP)