Bahkan baginya, dengan status sebagai sesama BPD ini menjadi sebuah kekuatan besar, apabila solid. Dan soliditas baginya tak hanya sekedar lips service tetapi mereka sama senasib dan sepenanggungan.
“Kami di BPD ingin tumbuh di daerahnya masing-masing. Bagi teman-teman yang mungkin belum punya pengalaman di satu sisi, dan kami sudah berpengalaman lebih dahulu maka kami harus membantu mensuport mereka. Dan mereka yang sudah punya keunggulan sisitem, kami harus bisa belajar. Jadi saling mengisi, bukan kami yang paling bisa, tetapi ternyata di Bank NTT banyak hal lebih yang kami belum tahu. Itu yang kami sinergikan,”ujar Edi Masrianto.
Di kesempatan itu, Edi Marsianto memaparkan, aset Bank Jatim tahun 2021 mencapai Rp100,72 triliun (tumbuh 20,45 persen [YoY]), dan mencatat laba bersih Rp 1,52 triliun (tumbuh 2,29 persen [YoY]). Bank Jatim memiliki sistem digitalisasi yang diterapkan diantaranya Bank Jatim Mobile pada tahun 2016, virtual account (2018), BJTM Connect (2019), Jatim QRIS (2020), Jconnect (2021), dan Jconnect Invest & Jconnect Remittance (2022).
Sementara Direktur Kredit Bank NTT, Paulus Stefen Messakh juga memberikan gambaran umum tentang kondisi Bank NTT bhwa terhitung September 2021, Bank NTT memiliki aset sebesar Rp17,41 triliun serta modal inti Rp2,2 triliun. Saat ini Bank NTT terus meningkatkan business planning dan sukses mengelola program ketahanan pangan dengan pembiayaan pada ekosistem pertanian yakni kopi, kakao, vanili, dan jagung.
“Bank NTT menjadi off taker mengirimkan 100 ton jagung yang merupakan program TJPS di NTT khususnya dari Sumba Barat Daya ke Jawa Timur. Pada sektor peternakan, Bank NTT membangun ekosistem penggemukan sapi dan yang menjadi off taker adalah PD Flobamor. Kita juga memperhatikan pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang diharapkan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi. Dan, kami juga telah menerbitkan tools e catalogue UMKM dan masuk ke marketplace,”tegas mantan Kadiv SDM itu.
Bahkan menurutnya kedepan Bank NTT bisa masuk dalam kerja sama kredit sindikasi karena hingga saat ini pertumbuhan kredit Bank NTT mencapai 39 persen karena hanya masuk ke sektor kecil seperti skim Kredit Mikro Merdeka. Selain itu, penggunaan digitalisasi kredit Mikro Merdeka memakai Mobile Banking Bank NTT dengan sistem hybrid. (AP)