“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para dosen dan mahasiswa dari Politani Negeri Kupang. Karena terus terang sebelum adanya pelatihan seperti ini, selama ini kami hanya tau kalo tiap kali panen kami harus cepat menjualnya. kadang kalo panen serentak tomat terlalu banyak, kami terpaksa harus jual dengan harga sangat murah”. ungapnya.
Lebih lanjut Arka Merincikan khusus untuk tanaman tomat dalam sekali tanam bisa beberapa kali panen. Bahkan jika over produksi mereka terpaksa harus menjual rugi 10 kali lipat dari pada harga normalnya. Mereka lebih memilih menjual hasil panennya dari pada dibiarkan rusak membusuk.
“Khusus untuk tanaman tomat ini satu kali tanam kami bisa panen beberapa kali. Biasanya Kami jual per ember isi 6 Kilo Gram kalo sebelum bulan Januari Februari, kami jual dengan harga tertinggi antara Rp.80.000 sampai Rp.100.000 tapi kalo musim tomat disaat semua petani panen tomat harga merosot sampai Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) per ember. Kami terpaksa harus jual karena tomat ini kita tidak bisa simpan lama. Dari pada rusak biar orang datang tawar murah kita jual saja”. Jelas Arka.
Melalui kegiatan ini diharapkan hasil panenan dapat diolah lebih lanjut untuk peningkatan nilai ekonomis dan juga untuk penanganan hasil panen yang berlimpah, seperti yang saat ini sedang terjadi dimana harga jual tomat yang rendah di pasaran.
Kerja Kollaborasi yang dilakukan oleh para Dosen dan Mahasiswa Politani Negeri Kupang dan Dinas Pertanian ini sejalan dengan apa yang harapkan Gubernur NTT dalam kunjungan kerja beberapa waktu lalu di Pulau Timor, Gubernur Viktor sempat menanam secara simbolis tanaman hortikultura dengan sistem irigasi tetes di Kabupaten Belu, Selasa (4/7/2023). Dan memanen tomat milik kelompok tani binaan Bank NTT Orang Muda Katolik dan Umat Paroki Santo Antonius Padua Sasi-Kefamenanu 6/7/2023.
Dalam arahannya Gubernur Viktor mengajak seluruh petani di Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU agar tetap berkolaborasi dengan Pemerintah untuk membangun kemandirian lembaga petani dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Ini kerja kolaborasi yang membuahkan hasil dan menjadi contoh agar kita bisa bekerja bersama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua,” ujar Gubernur NTT.
Gubernur VBL pun menegaskan agar kedepannya bahan-bahan hasil pertanian hortikultura seperti Cabai dan Tomat dapat diolah dan diproduksi secara industri menjadi saos yang dapat memberikan nilai jual tinggi, serta menurunkan ketergantungan terhadap produk-produk olahan dari luar NTT.
“Bahan mentah hasil pertanian ini kedepan harus bisa kita olah jadi saos sambal dan saos tomat. Kembangkan mindset kita untuk tidak lagi datangkan produk dari luar, karena kita bisa memiliki potensi tersebut. Dengan produk sendiri, justru akan mendatangkan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara luar biasa,” ungkapnya.
Untuk menunjang kesejahteraan para petani dan pelaku UMKM di Nusa Tenggara Timur, Gubernur NTT sebelumnya telah mengeluarkan Perda yang mewajibkan seluruh masyarakat di NTT untuk menggunakan bahan dan produk-produk lokal.
Selain itu Gubernur NTT telah mengandeng lembaga keuangan seperti Bank NTT untuk memberikan kemudahan bantuan modal usaha berupa (Kredit Usaha Rakyat) KUR untuk kelompok-kelompok UMKM di NTT. bahkan pinjaman modal usaha tanpa Bunga atau yang dikenal dengan Kredit Merdeka. Gubernur menegaskan Kehadiran Pemerintah dan lembaga keuangan mesti membawa keberpihakan kepada masyarakat banyak.***