Hadir sebagai narasumber dalam talkshow ini, sejumlah pejabat yakni Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kepala OJK, Robert Sianipar, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho dan Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Lianto.
Dipandu oleh Pemred Pos Kupang, Hasyim Ashari, Kepala BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja menegaskan bahwa jika UMKM yang akan dikembangkan maka ada tiga pilar yang harus diperhatikan yakni penguatan kelembagaan. Kedua, membangun kapasitas UMKM itu, atau sering disebut capacity building. “Kita sudah ada BI Young Entrepreneur School. Di sekolah ini kita ajarkan bagaimana dia memulai, berkomitmen menjadi seorang entrepreneur. Bagaimana dia berproduksi, kemasan, akses kepada pemasaran, akses pada digitalisasi. Sudah 107 peserta yang lulus,”tegas Nyoman. Sedangkan pilar ketiga, akses kepada pembiayaan. Dia berharap dengan sinergi dan kolaborasi yang baik ini bisa membangun UMKM di NTT naik kelas.
Sementara Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho saat itu menjelaskan peranan Bank NTT sebagai agen pembangunan tentu menjembatani program pemerintah secara baik. “Sebagai salah satu agen of development yang menterjemahkan berbagai program pemerintah maka Bank NTT harus melakukan langkah cerdas. Beberapa hal sudah kami lakukan untuk selaras dengan OJK dan BI untuk regulasi maupun program. Baik itu terkait dengan stimulus dengan Pemerintah maupun Pemprov. Kita terus bekerja untuk aksesibility,”tegas Alex.
Kemudahan-kemudahan terhadap akses layanan perbankan mereka hadirkan, terutama dengan skim Kredit Mikro Merdeka, dengan tagline tanpa agunan, tanpa bunga dan bebas rentenir. “Karena itu skim kredit Merdeka yang digagas oleh Pak Gubernur, kita bersama-ama dengan OJK dan Biro Ekonomi, bagaimana membebaskan UMKM kita dari belenggu rentenir. Inilah salah satu strategi yang jadi penopang bagi ekonomi di NTT,”tegas Alex. (*/BN/MS)