“Kalau melihat tantangan-tantangan ini tentunya kita harus berpacu dengan waktu dengan semua stakeholder, Bank NTT sebagai perbankan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tentu memiliki kewajiban untuk terus mendorong pembiyaan di sektor produksi terutama sektor pertanian, peternakan, ketahanan pangan dan juga holtikultura,”kata I Nyoman.
I Nyoman mengatakan, Bank Indonesia perwakilan provinsi NTT sendiri juga sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan beberapa stakeholder untuk mendukung pembiayaan jagung, dengan ekosistem. Bank NTT bisa berperan dalam hal ini dan juga di bidang peternakan.
“Ke depan kita juga akan mendorong pembiayaan di bidang rumput laut, perikanan dan lainnya,” jelasnya. Menurutnya, disrupsi terbesar di abad ini adalah digitalisasi, jadi semua harus survive. Bukan hanya Bank NTT menjadi digital, setidaknya harus awareness dan selalu update terhadap digitalisasi.
“Bank NTT juga harus menjadi bank digital. Tahun lalu sudah dilihat Bank NTT menjadi smart digital bank, tentunya strategi dan road map-nya sudah bagus, sekarang bagaimana secara konsisten diimplementasikan kemudian membangun SDM di bidang digital dan terakhir tentunya bagaimana membangun budaya. Jadi tidak cukup hanya di bidang SDM tetapi juga membangun budaya di bidang digital,”tandasnya. (Fdz)