Senada dengan Gubernur NTT, Menteri Desa dan PDTT, Abdul Halim Iskandar juga mengatakan bahwa minuman tradisional asal NTT itu memiliki cita rasa yang enak dan layak untuk dikonsumsi.
“Ini rasanya manis dan wadahnya antik,” kata Menteri Desa dan PDTT Abdul Halim Iskandar.
Sementara itu, Ketua Dekranasda NTT, Bunda Julie Sutrisno Laiskodat mengatakan, Toats Kenegaraan menggunakan Haik dan Tuak Manis adalah upaya pemerintah untuk memperkenalkan produk asli NTT.
“Kalau Moke dan Sopi itu sudah terkenal. Tapi Tuak Manis ini minuman non alkohol karena tidak difermentasi dan merupakan salah satu minuman yang sangat bagus,” kata Bunda Julie Laiskodat.
Menurutnya, dengan launching Haik dan Tuak Manis malam ini, diharapkan budaya membuat Haik bisa ditularkan ke anak-anak NTT, supaya produksi Haik terus naik dan berdampak secara ekonomi ke masyarakat.
“Jadi kalau tahun kemarin 1000 Ti’ilangga, tahun ini 1000 Sasando, tahun depan mudah-mudahan bisa berkesempatan untuk 1000 Haik,” tandas Bunda Julie.
Ide Toats Kenegaraan menggunakan Tuak Manis dalam Haik diungkapkan Julie Sutrisno Laiskodat ketika berkunjung ke Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT. Pada kesempatan Julie meresmikan Lopo Tuak Manis Kolhua. Pada pelataran kantor BPSDMD yang luas itu, Puluhan pohon lontar setiap harinya disadap oleh Martinus Rondo seorang petani ladang dari Kabupaten Rote Ndao. Martinus Rondo datang ke Kupang untuk mengiris tuak pada bulan Mei hingga bulan Oktober. Setelah itu Martinus kembali ke Kabupaten Rote Ndao.
Julie punya keinginan berbeda. Dia menginginkan agar kedepan tos kenegaraan dapat menggunakan tuak, minuman tradisional dari pohon lontar. Pada kesempatan itu ia berjanji untuk mendiskusikannya dengan Viktor Bungtilu Laiskodat. Ia juga meminta Martinus Rondo menjadi penyaji Tuak Manis pada Toast Kenegaraan di Rumah Jabatan Gubernur NTT.
Begitu juga dengan wadahnya, menurut sosok yang disapa Bunda Julie itu, alangkah lebih bagus dan menarik jika menggunakan ‘haik’ atau wadah yang biasanya digunakan untuk menampung air maupun tuak, yang dibuat dari anyaman daun lontar.
Keinginan kuat Julie ini didasari spirit pemerintah Provinsi NTT menjadikan pariwisata sebagai ‘prime mover’ pembangunan di NTT. Oleh karenanya, berbagai kearifan lokal termasuk minuman tradisional seperti tuak dan haik sebagai wadah perlu mendapat tempat tempat istimewa dalam berbagai momentum. (AP)