Untuk pemasaran, sebelumnya UMKM Kelor Semau memasarkan berbagai produknya hanya melalui media sosial. Meski hanya melalui media sosial, namun permintaan terus berdatangan dari berbagai daerah. Produk Kelor Semau ini pun dikirim hingga ke luar NTT seperi Jakarta dan Surabaya.
Tony menjelaskan, lahan kelor yang diusahakan saat ini totalnya 4 hektare di 3 lokasi. Lokasi tersebut merupakan milik warga setempat. Sehingga, sebelum diproduksi menjadi serbuk dan teh, bahan mentahnya dibeli dari lahan tersebut dengan harga Rp5 ribu per kilogram.
“Daun kelor mentahnya awalnya dikeringkan melalui mesin pengering selama 3 hari. Selanjutnya, saat tidak ada kadar air dalam daunnya, kemudian dimasukan ke mesin pengepungan dan terakhir barulah mesin proses pengemasan,” jelasnya.
Menurut dia, untuk sekali produksi biasanya menggunakan bahan daun kelor sebanyak 40 kilogram, sesuai kapasitas mesin pengering. Dari 40 kilogram tersebut dapat menghasilkan 1.500 bungkus teh dan dalam bentuk serbuk/tepung per sekali produksi.
Dengan hasil produksi yang baik, dalam 3 bulan terkahir ini, UMKM Kelor Semau pun dilibatkan oleh Dekranasda NTT dalam penanganan stunting di Kabupaten Sabu Raijua. Sebanyak 2.200 bungkus teh kelor dan serbuk dibeli oleh Dekranasda NTT untuk dikirim ke Sabu Raijua.
“Kami sangat bersyukur karena program yang digagas Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, juga turut melibatkan kami. Apalagi selama pandemi Covid-19, kami sedikit mengalami kendala,” jelasnya.
Tony mengaku, dalam beberapa waktu produksi ini, pendapatan yang diperoleh UMKM Kelor Semau sudah mencapai ratusan juta rupiah. Menurutnya, usaha yang dilakukan ini sangat membantu masyarakat. Apalagi masyatakat juga dilibatkan dalam budidaya kelor ini.
“Semoga program kelor ini bisa berkelanjutan, sehingga produksi yang kami jalankan tidak sebatas ini saja, tapi bisa berkembang lebih baik lagi,” pungkasnya.
Menurut catatan Dapur kelor, TNI AD melalui Korem Wirasakti 161 Kupang memiliki 36 sentra pengolahan Kelor. Sentra Pengelolaan itu tersebar di seluruh Kodim dan Koramil seluruh NTT. Data Dapur Kelor juga menyebutkan ada 14 Kelompok tani merupakan binaan Dekranasda NTT dan TP PKK provinsi di NTT.
Direktur PT. Moringa Wira Nusa sekaligus Founder Dapur Kelor, Ir. H Dedi Krisnadi mengatakan program Kelorisasi yang digaungkan oleh Gubernur NTT telah membawa dampak ekonomi bagi petani dan para pelaku UMKM.
Ia menjelaskan setiap bulan dari ada perputaran uang ratusan juta di masyarakat yang terlibat dalam program Kelorisasi.(AP)