“Untuk NTT dikerjakan dengan biaya sendiri dan itu sudah jadi dan akan tetap jalan semua itu karena bentuk kepedulian saya. Ya uang saya sendiri, mulai dari kantong sendiri, kenapa saya peduli?
“Sudah 28 tahun saya sampai jadi kolonel, naik jadi brigjen, kampung ini (NTT) masih begitu saja, masih susah air kan kita semua. Saya punya program siaga air, tata kelola air artinya sumber sumber air jangan sampai kelaut tapi dia harus masuk ke embung-embung supaya kita punya cadangan air di daratan.
“Bukan penggiring anggaran APBN datang ke sini. Kalau itu sudah pastilah. Kerjaan wakil rakyat, siapa yang mewakili ya wajiblah untuk membahagiakan dapilnya dan itu mudah, tinggal ngomong-ngomong saja, kawal-kawal saja jadi,” papar Kamlasi.
Dia pun meminta masyarakat NTT untuk tidak ragu, sebaliknya yakin pada kemampuannya membangun NTT dalam perannya sebagai gubernur (jika terpilih).
Kamlasi adalah pemegang rekor MURI di bidang air, pada 2015 atas pemasangan pompa hidrolik di berbagai wilayah Indonesia (1.345 titik), termasuk NTT (15 titik).
Dalam pencalonannya menjadi gubernur NTT, Simon juga berfokus pada pengembangan industri lokal untuk meningkatkan ekonomi NTT, serta peningkatan kualitas pendidikan vokasional yang sesuai dengan potensi lokal.
Kamlasi bersama calon wakilnya Andreas Garu (Paket Siaga) diusung oleh koalisi partai NasDem, PKB, dan PKS.
Seperti folosofi air, Kamlasi memiliki sifat lembut namun kuat, memiliki fleksibilitas yang adaptif terhadap lingkungan. Dalam berbagai tradisi, air melambangkan konsep-konsep mendalam, seperti kehidupan, ketenangan, dan kebijaksanaan.***