Jakarta, NTTPedia.id,- Tiga calon Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) resmi menjalani wawancara dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) pada Kamis, 13 November 2025. Mereka adalah Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si., Prof. Dr. Jefri Bale, S.T., M.Eng., dan Prof. Dr. Apris Adu, S.Pt., M.Kes.
Dalam sesi wawancara tersebut, Prof. Apris Adu mendapat kesempatan memaparkan visi, arah pembangunan kampus, serta strategi transformasi Undana di hadapan Menteri Pendidikan Tinggi, Prof. Brian Yuliarto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prof. Apris menegaskan bahwa visi Undana sebagai universitas unggul, inklusif, dan berdampak hanya dapat diwujudkan jika kampus tidak lagi dipahami sebatas ruang transfer ilmu. Undana, kata Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) ini, harus berevolusi menjadi pusat transformasi ekonomi dan sosial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kampus tidak boleh hanya menjadi ruang mengajar. Undana harus menjadi pusat transformasi ekonomi dan sosial kemasyarakatan,” ujar Prof. Apris dalam sesi wawancara di Jakarta, Jumat kemarin.
Untuk mewujudkan perubahan tersebut, mantan Aktivis GMKI Kupang ini menekankan pentingnya memperkuat magang berdampak dengan memperluas kemitraan industri, sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dan kampus semakin dekat dengan kebutuhan lapangan.
Prof. Apris menjelaskan bahwa seluruh program kerjanya berlandaskan pada 8 Program Utama ASTACITA yang bertumpu pada empat pilar strategis. Pilar pertama berfokus pada penciptaan SDM yang berkualitas, unggul, inovatif, dan mampu melahirkan talenta riset. Pilar kedua mendorong penguatan riset dan pengabdian masyarakat yang unggul dan inovatif. Pilar ketiga memastikan hasil riset serta pengabdian dapat dihilirisasi dan dikomersialisasi sehingga memberi dampak nyata bagi pembangunan daerah. Sementara pilar keempat menekankan pentingnya kebijakan kampus yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejalan dengan pilar riset dan inovasi tersebut, Prof. Apris menyoroti perlunya peningkatan anggaran penelitian dan pengabdian sebagai fondasi untuk menghasilkan produk riset yang dapat dihilirisasi. Ia menjelaskan bahwa anggaran Undana saat ini, yang berada di kisaran Rp5 hingga 8 miliar, masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan universitas lain dengan status yang sama.
Karena itu, menurutnya, Undana harus meningkatkan kapasitas pendanaan melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, LSM, dan dunia industri. Dengan peningkatan anggaran tersebut, hasil riset yang lahir akan memberikan manfaat seimbang bagi masyarakat, industri, dan Undana.
“Hilirisasi hasil riset dan kebijakan yang adaptif adalah kunci agar universitas tetap relevan dengan tuntutan zaman,” jelasnya.
Informasi yang dihimpun media menyebutkan bahwa wawancara di Kemendiktisaintek ini merupakan tahapan penting dan tidak terpisahkan dalam proses pemilihan Rektor Undana, Kupang.(AP)















