“Yang paling utama adalah bisa membiayai anak untuk sekolah. Tetapi dengan hasil yang didapat juga bisa bangun rumah,” ungkapnya.
Menurut Yohana, pendapatan rata-rata yang diperolehnya dari Program Bambu Lestari ini sebesar Rp20 juta. Jumlah ini, jelas Yohana, diperoleh setiap setiap proses pembibitan anakan bambu yang sudah bertunas.
“Ini (pendapatan) sangat cukup untuk biaya dalam keluarga,” ungkap ibu dua anak dengan suami yang berprofesi sebagai petani ini.
Yohana mengaku sangat senang bisa terlibat dalam program ini. Dia berharap program ini bisa berlanjut, karena sangat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat.
Mama Maria Ermelita Bai, Ketua Kelompok Musa Mula, Desa Wolobobo, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo mengalami perubahan ekonomi yang sangat signifikan dari pembibitan bambu. Ia mengatakan anggota kelompoknya berjumlah 25 orang. Ia dan anggota kelompok mempunyai semangat yang sama untuk merubah perekonomian keluarga dari pembibitan bambu.
” Kami mama mama bambu merasa semangat sekali ketika mendapat program pembibitan bambu. Memang awalnya kami merasa susah tapi dalam perjalanan kami semangat untuk bekerja. Kami susahnya dalam mencari bibit bambu. Untuk media tanam dan air tidak sulit tapi awalnya memang soal bibit saja.tapi sekarang tidak lagi karena bapak bapak juga bantu kami cari bibit,” jelasnya.
Dijelaskannya Kehadiran Yayasan Bambu Lestari sangat membantu kelompoknya dalam melakukan aktivitas pembibitan. Dengan intervensi Yayasan Bambu Lestari, mama mama bantu bisa menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi sekaligus menyokong perekonomian rumah tangga bahkan bisa membangun rumah.
” Saya bisa bisa bangun rumah, sekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi dan kebutuhan hidup untuk keluarga. Jadi kami macam bangga sekali. Itu berasal dari uang pembibitan. Kami per mama bambu itu harus melakukan pembibitan 8000 bibit bambu. Kelompok Musa Wula ada 25 anggota. Tiap anggota harus melakukan pembibitan 8.000 bibit bambu,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan sosok Julie Sutrisno Laiskodat, Ketua Dekranasda NTT yang juga istri Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Menurutnya Bunda Julie adalah orang yang sering bertemu anggota kelompok mama mama bambu. Bunda Julie kata Maria merupakan sosok yang selalu memberi motivasi dan jalan keluar untuk kelompok mama mama bambu agar terus melakukan pembibitan bambu.
“Mewakili Mama Bambu saya merasa bangga terkait pembibitan bambu. Kemarin kemari. Tidak ada yang begini terkait pembibitan bambu. Kami tidak ada lowongan kerja hanya urus di dapur, cuci masak saja. Tapi sekarang tidak lagi karena kami sudah punya pekerjaan. Ini karena programnya ibu Julie. Kami sekarang sudah punya pekerjaan,” kata Maria.
Ia mengaku setiap bulan itu bisa meraup belasan juta setiap bulan. Ia secara teratur mengirim uang untuk anak yang sementara mengenyam pendidikan tinggi.
” Saya setiap bulan kirim uang kuliah untuk anak. Bisa bangun rumah dan masih ada sisah sekitar 5 jutaan yang sangat gunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya operasional waktu kerja pembibitan. Sekarang kami sudah terima lagi mesin untuk penganyaman untuk anyam anyam dari bambu. Sekali lagi terimakasih Ibu Julie,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh mama Lusia yang merupakan wakil ketua kelompok bambu Musa Wula. Ia merasa terbantu dengan aktivitas pembibitan bambu. Penghasilan bulanan dari pembibitan bambu sangat mendukung perekonomian keluarga nya.
Ia mengungkapkan kebanggaannya dengan program bambu yang digagas oleh Julie Sutrisno Laiskodat. Ia mengatakan ia beberapa kali bertemu Julie Sutrisno Laiskodat yang merupakan Anggiat Komisi IV DPR RI dari Fraksi Nasdem.
” Kami begitu bersemangat ketika bertemu ibu Julie. Semangatnya untuk memberi kami motivasi membuat kami lebih giat bekerja. Berkat bambu dan Ibu Julie, kami bisa bertemu bapak Presiden Joko Widodo. Kami senang sekali bisa bertemu bapa presiden bisa bicara dengan bapa presiden. Bapak Presiden sangat mendukung program bambu dan mendukung kami untuk pembibitan bambu,” ujarnya bangga.(*)