Kupang, NTTPedia.id, Letnan Jenderal (Letjen) TNI, Gabriel Lema memuji sosok Frans Pati Herin wartawan Kompas asal Nusa Tenggara Timur (NTT)sebagai jurnalis yang tulus, jujur, dan mampu menembus batas daerah. Hal itu disampaikan Gabriel saat menghadiri peluncuran buku karya Frans Pati Herin di Kupang, Kamis, 09/10/2025 di kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Ada dua buka yang diluncurkan oleh Frans Pati Herin yaitu Melompat Kapal Menuju Amerika dan Deadline. Peluncuran buku itu dihadiri Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Lakalena dan sejumlah pejabat penting lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam sambutannya, Gabriel mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan Frans terjadi di Ambon saat situasi keamanan masih rawan.
” Saya dipertemukan oleh kakak saya, Frans Sarong dengan anak Frans ini juga tidak main-main. Mungkin sudah ditakdirkan seorang militer ditemukan oleh seorang jurnalis pada medan-medan yang sangat krusial dan rawan tepatnya di kota Ambon, ujarnya.
Frans Sarong merupakan sosok yang membawa Frans Pati Heri bergabung ke harian Kompas melalui seleksi yang ketat. Saat itu Frans Sarong merupakan kepala Biro Kompas Bali Nusra.
Gabriel mengatakan saat itu Frans Sarong mengenalkan Frans Pati Herin kepadanya. Frans Sarong kata Gabriel meminta dirinya untuk “menjaga” Frans Pati Herin ketika bertugas di Ambon.
” Waktu itu kaka saya bilang, ade ini ada ade kita mau tugas ke ambon. Saya bilang datang sudah saya tunggu disini,” kata Gabriel Lema mengenang masa itu.
Gabriel mengatakan selain Frans Sarong, pertemuannya dengan Frans Pati Herin juga diinisiasi oleh mendiang eks Kepala BNPB, Letnan Jenderal (purn) Doni Monardo. Doni Monardo ini menjadi sosok “invisible hand” bagi Frans Pati Herin usai mengungkap skandal tambang di gunung botak. Laporan Frans Pati Herin kala itu menghiasi halaman utama harian Kompas dan membuat geger di Jakarta.
Gabriel mengatakan sejak saat itu ia melihat Frans sebagai pribadi yang berintegritas dan memiliki cara pandang sederhana namun kuat. Ia menilai karya-karya Frans menjadi bagian penting dari perjuangan NTT dalam menegaskan jati diri di kancah nasional.
“ Dia melanglang buana mengikuti semua perekamannya mengambil saripati dari mana pun lalu mempersembahkannya kembali untuk NTT,” kata Kepala Badan Cadangan Nasional Kemenhan RI ini.
Eks Panglima Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari itu juga menyebut karya jurnalistik kini menjadi senjata utama dalam mempercepat perubahan sosial. Ia menilai tulisan Frans Pati Herin mampu menginspirasi masyarakat karena lahir dari pengalaman hidup yang nyata.
“ Rintisan dari jurnalis seperti Frans tidak bisa diabaikan. Tulisan-tulisannya melahirkan solusi bahkan mampu mengubah banyak hal,” ucapnya.
Gabriel menambahkan salah satu karya yang berkesan baginya adalah tulisan berjudul Lompat Kapal. Ia mengaku sempat mengira tulisan itu menceritakan kejadian nyata. namun kemudian memahami maknanya sebagai refleksi perjalanan hidup.
“ Rupanya itu melukiskan bagaimana problematik kehidupan yang menentukan arah seseorang,” kata Gabriel.
Di akhir sambutan, Gabriel Lema mengajak masyarakat NTT untuk terus menunjukkan jati diri di mana pun berada dan tekun dalam menjalani proses hidup.
“ Kita harus kuat, tekun, dan matang dalam berproses. Di situ Tuhan membentuk kita,” tutupnya.
Pena Pati Herin dengan tajuk Peluncuran buku Jurnalis Kompas yang dihelat dikampus Unika Widya Mandira Kupang ini menghadirkan pembicara yaitu pengajar filsafat, Romo .Leo Mali, Dirut PT Pelni, Tri Andayani, Dr. Aqua Dwipayana selalu Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, public relation Indosat, Eni Nur Efati, Jurnalis Senior, Dion DB Putra dan pengajar Undana Kupang.(AP)