Dinas PPPA NTT Beri Perhatian Terhadap Fenomena Kawin Culik di Sumba, Dua Kasus Ditangani Kepolisian

- Jurnalis

Sabtu, 20 Maret 2021 - 20:59 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kepala dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi NTT, drg. Iien Adriany M.Kes/Foto dokumen pribadi

Kepala dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi NTT, drg. Iien Adriany M.Kes/Foto dokumen pribadi

 

Kupang, NTTPedia.id,- Kawin tangkap merupakan budaya yang terjadi turun temurun di Pulau Sumba. Namun dalam perkembangannya, budaya kawin tangkap ini acapkali berubah menjadi kawin culik. Kawin culik ini selalu menjadikan perempuan sebagai korban ekploitasi bertopeng adat istiadat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, budaya kawin culik di pulau Sumba marak terjadi.

Terhadap hal ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi NTT memberi perhatian khusus. Beberapa kasus yang terjadi di kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah, Dinas PPPA NTT turun melakukan mediasi, pendampingan dan perlindungan hukum terhadap perempuan yang menjadi korban ekploitasi kawin culik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Dinas PPPA NTT, drg. Iien Adriany M.Kes mengatakan pihaknya terus melakukan pemantaun dan pendampingan apabila ditemukan dilapangan terjadi kawin culik. Kawin culik itu kata dia selalu menjadikan perempuan sebagai korban. imbasnya kata dia, kawin culik itu juga berdampak terhadap ketahanan rumah tangga karena dalam prosesnya, perempuan dipaksa untuk ikut dengan laki-laki tanpa melalui proses yang lumrah dalam adat istiadat setempat seperti budaya kawin tangkap yang didahului dengan seremoni adat antara kedua pihak keluarga.

” Kawin tangkap ini sebenarnya budaya yaitu sesuatu hal yang terjadi karena perkembangan sosial budaya. Budaya kawin tangkap di Sumba, contoh kasus yang terjadi di Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah, kita sudah launching untuk menghentikan kawin tangkap bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak tapi kasus tersebut masih tetap ada,” kata drg.Iien Adrian

Baca Juga :  GAMKI Sumba Tengah Gelar Ibadah Menyambut Paskah Dan Pelantikan Anggota Baru Tahun 2022

Ia mengatakan ada beberapa kasus murni penculikan tetapi ketika mereka berkasus, mereka selalu berdalih kawin tangkap. Padahal sejarahnya kawin tangkap selalu ada pembicaraan antara kedua belah pihak bukan diculik ditengah jalan baru dibawa begitu. ia mengatakan harus ada pembicaraan dengan keluarga masing-masing baru dilakukan seremonial adat.

Dijelaskannya perempuan tidak bisa dipaksa kawin apalagi ditangkap dan ditarik-tarik ditengah jalan. ha itu tidak boleh. Perkawinan ini harus dengan sukarela untuk membina rumah tangga. Bagaimana mau membina rumah tangga kalau prosesnya dari awalnya saja sudah dipaksa.

” Ini memang sedang kita pikirkan. kita kawal semua proses. di Sumba Tengah sekarang sudah dalam proses kepolisian dengan pelaku-pelakunya. dalihnya kawin tangkap padahal ternyata penculikan. kawin tangkap sebetulnya bukan begitu caranya. bukan dengan cara brutal,tapi keluarga dengan keluarga sudah ada pembicaraan lalu kemudian ada seremoninya,” jelasnya.

Baca Juga :  Bupati Sumba Tengah Tekankan Program Strategis Menjadi Prioritas Dalam Meningkatkan IPM

Ia mengatakan apapun namanya jika melanggar hak perempuan atau anak harus diproses walaupun berdalih adat. dia menjelaskan amanat undang-undang seperti itu karena semua orang punya hak asasi yang harus dilindungi.

Ia menjelaskan kerap kali jika pihanya ingin melakukan proses hukum terhadap pelaku kawin culik, perempuan yang menjadi korban ada yang beralasan karena saling cinta. Dengan alasan tersebut kata dia pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah diselesaikan secara damai.

“ Ya kadang juga kita agak susah menegakkan aturan kalau kasusnya seperti itu. Tapi kalau dari sisi kami memang diproses. Di SBD dan Sumba Tengah tim kami datang untuk memastikan. Oh ternyata mereka saling cinta dan bukan pemaksaan. Tapi kalau memang kasus yang terjadi kawin tangkap, kami proses di kepolisian,” jelasnya.

Tim dari PPPA NTT kata dia selalu melakukan pendampingan psikologis, pendampingan hukum dan melakukann pengawalan terhadap kasus hukum itu. Ia mengatakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak sudah ada kerja sama dengan Kapolri.

“ Kadang kalau sudah ditangkap dan diproses, dibelakang sudah ada negosiasi antara dua belah pihak. Oh iya kami sebenarnya saling cinta. Kalau sudah begitu ya susah,” ujarnya.(AP)

Berita Terkait

Akademisi Undana Ricky Foeh Desak OJK NTT Ubah Pendekatan Edukasi, Fokus Komunitas Lokal untuk Atasi Investasi Bodong
Investasi Bodong Menggurita di NTT, OJK Ada Dimana? 
Diduga 14 Ribu Warga NTT Jadi Korban Investasi Bodong VIR 
Prof. Apris Dorong RS Undana Kerja Sama dengan BPJS dan Maksimalkan BPU untuk Tingkatkan Pendapatan Non-Akademik
Dihadapan Menteri, Prof. Apris Adu Paparkan Strategi Transformasi Undana Dari Kampus ke Ekonomi Sosial 
Nama Erwin Disebut Dalam Investasi Bodong Bernama VIR di NTT
Viral! Dua Siswa SPN Polda NTT Dianiaya Senior, Polda Pastikan Proses Hukum Transparan
Anggota VIR Boncos Lagi, Meski Bayar Pajak Puluhan Hingga Ratusan Juta Komisi Tidak Cair

Berita Terkait

Senin, 17 November 2025 - 09:52 WIB

Akademisi Undana Ricky Foeh Desak OJK NTT Ubah Pendekatan Edukasi, Fokus Komunitas Lokal untuk Atasi Investasi Bodong

Senin, 17 November 2025 - 07:36 WIB

Investasi Bodong Menggurita di NTT, OJK Ada Dimana? 

Minggu, 16 November 2025 - 09:34 WIB

Diduga 14 Ribu Warga NTT Jadi Korban Investasi Bodong VIR 

Sabtu, 15 November 2025 - 20:01 WIB

Dihadapan Menteri, Prof. Apris Adu Paparkan Strategi Transformasi Undana Dari Kampus ke Ekonomi Sosial 

Sabtu, 15 November 2025 - 17:42 WIB

Nama Erwin Disebut Dalam Investasi Bodong Bernama VIR di NTT

Berita Terbaru

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT yang beralamat di Jalan Frans Seda, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Foto :Internet

Hukrim

Investasi Bodong Menggurita di NTT, OJK Ada Dimana? 

Senin, 17 Nov 2025 - 07:36 WIB