Kupang, NTTPedia.id,- Peningkatan lifting minyak nasional yang telah mencapai 608 ribu barel per hari dan melampaui target APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari dinilai menjadi indikator awal penguatan fundamental ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.
Pakar energi Universitas Nusa Cendana, Prof. Fredrik L. Benu, menyebut tren kenaikan produksi tersebut mencerminkan kebijakan energi yang efektif dalam mengurangi ketergantungan impor dan memperbaiki neraca perdagangan migas.
” Kita naik dari sekitar 600 ribu jadi hampir 700 ribu barel. Itu antaranya memaksimalkan sumur-sumur yang sudah ada dan eksplorasi sumur baru,” ujarnya dalam Diskusi Kebijakan Publik Energi bertajuk Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran dari Sudut Pandang Energi di Kupang, Senin (3/11/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, peningkatan lifting juga dipengaruhi optimalisasi sumur minyak rakyat dan sumur tua yang saat ini dijalankan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Ia optimistis produksi dapat mencapai 1 juta barel per hari jika proses pendataan dan eksplorasi berjalan konsisten.
“Potensi minyak kita masih besar. Selain bauran energi, eksplorasi harus diperkuat,” tegasnya.
Pakar ekonomi UKAW Kupang, Dr. Frits Fanggidae, menilai capaian lifting menjadi sinyal positif bagi daya dukung ekonomi nasional ke depan, khususnya dalam menjaga stabilitas harga energi dan meningkatkan kapasitas produksi industri dalam negeri.
“Lifting mencerminkan kekuatan penawaran dan permintaan dalam ekonomi. Produksi energi yang kuat memberi ruang bagi stabilitas ekonomi dan pertumbuhan industri,” katanya.
Namun ia mengingatkan pentingnya mengimbangi peningkatan lifting dengan pengembangan energi baru terbarukan agar kemandirian energi tercapai secara menyeluruh.
Di sisi lain, Guru Besar Kebijakan Publik Prof. Dr. David B. W. Pandie menilai arah kebijakan energi pemerintah sudah tepat dan strategis bagi stabilitas ekonomi-politik nasional.
Energi adalah fondasi kehidupan. Ketika pasokan terganggu, bukan hanya ekonomi yang terdampak, tetapi stabilitas negara,” ujarnya.
Para akademisi sepakat tahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran menjadi fase penting meletakkan fondasi kemandirian energi nasional, selaras dengan upaya memperkuat daya tahan ekonomi jangka panjang.(sj)















