Kupang,NTTPedia.id– Di balik ambruknya aplikasi investasi bodong Riset Car, muncul satu nama yang terus disebut para korban: Lyn. Sosok ini menjadi figur sentral yang mengendalikan komunikasi di grup WhatsApp, mengatur setoran, hingga meyakinkan ribuan warga Nusa Tenggara Timur untuk terus menaruh uang mereka dalam skema investasi yang kini terbukti hampa.
Menurut pengakuan para korban, Lyn berperan bukan sekadar admin, tetapi juga “suara resmi” perusahaan. Ia kerap membacakan pengumuman panjang, lengkap dengan klaim bahwa Riset Car tengah bekerja sama dengan bank, Kementerian Perhubungan, hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bahasa yang dipakai begitu meyakinkan, seolah-olah perusahaan benar-benar legal dan diawasi pemerintah.
“Setiap kali ada kendala penarikan, Lyn selalu memberi penjelasan panjang. Katanya untuk kepentingan audit, anggota harus ikut program sewa mobil uji coba di Jakarta. Kalau tidak, dana tidak bisa dicairkan,” ujar Eduard Lukas, salah seorang leader sekaligus korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pola komunikasi Lyn sering kali disertai tekanan psikologis. Ia kerap memberi tenggat waktu hanya enam jam untuk melakukan setoran tambahan. Jika tidak, maka anggota akan kehilangan keanggotaan dan seluruh dana hangus. Bagi sebagian orang, ultimatum itu membuat mereka rela mengirim uang terakhir yang dimiliki, dengan harapan bisa menarik saldo mereka. Namun setelah setoran dilakukan, aplikasi justru hilang dan tak bisa diakses lagi.
Identitas asli Lyn hingga kini masih misterius. Ada korban yang menyebut pernah mendengar suara perempuan ketika Lyn melakukan video call singkat. Namun, tidak ada yang benar-benar bisa memastikan wajah ataupun jenis kelaminnya. “Dia sempat muncul di video call sebentar, tapi tidak jelas. Bisa jadi itu hanya tipuan. Bagi kami, Lyn mungkin bukan satu orang, tapi tim yang memang ditugaskan untuk mengendalikan anggota,” kata seorang korban lain yang enggan disebut namanya.
Pola komunikasi yang rapi, sistematis, dan konsisten menimbulkan dugaan bahwa Lyn hanyalah satu “pintu depan” dari jaringan besar penipuan ini. Berkat peran komunikatif dan meyakinkan Lyn, ribuan warga di NTT berbondong-bondong masuk ke Riset Car. Dari setoran awal yang hanya menjanjikan tiga persen per hari, hingga iming-iming laba fantastis mencapai 235 persen, banyak yang akhirnya terjerat.
Kerugian pun mencapai miliaran rupiah. Ada yang kehilangan puluhan juta, ada pula yang harus menutup usaha karena seluruh modal habis disetorkan ke aplikasi. Kini, harapan para korban tertuju pada pihak kepolisian, khususnya tim siber, untuk menelusuri siapa sebenarnya Lyn. Nomor WhatsApp yang digunakan, akun media sosial, hingga rekening yang terhubung diyakini bisa menjadi kunci untuk membuka tabir ini.
“Kalau polisi bisa bongkar siapa Lyn, kami yakin akan terbuka semua jaringannya. Karena dia yang jadi pintu masuk dan pintu keluar komunikasi kami,” tegas Eduard.
Dalam kasus Riset Car, sosok Lyn menjadi simbol dari bagaimana penipuan digital memanfaatkan kelengahan dan harapan masyarakat. Di balik pesan-pesan yang tampak resmi dan meyakinkan, tersimpan strategi manipulasi psikologis yang menjerat ribuan orang. Hingga kini, Lyn masih menjadi misteri. Apakah ia seorang individu, alias, atau bagian dari tim kriminal terorganisir? Pertanyaan itu hanya bisa dijawab setelah aparat menyingkap siapa sosok di balik nama yang telah membawa petaka ini.***















