Kupang, NTTPedia.id,- Setelah hampir satu dekade tanpa pertemuan besar bertema Melanesia, semangat persaudaraan dan kebersamaan masyarakat Melanesia kini kembali menggema dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Melalui Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025, Provinsi NTT kembali menjadi panggung diplomasi kebudayaan dan kemanusiaan yang menegaskan peran pentingnya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Forum dan pertemuan bertema Melanesia terakhir di Indonesia berlangsung aktif pada tahun 2015, ketika pemerintah Indonesia menggelar Forum Persaudaraan Masyarakat Melanesia Indonesia (FPMMI) di Ambon. Forum tersebut melahirkan Deklarasi Ambon 2015 sebagai simbol persaudaraan Melanesia di Tanah Air.
Kota Kupang untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Budaya Melanesia 2015 yang silam.
Festival itu dihadiri para pemangku kepentingan bidang kebudayaan dan seniman dari Indonesia, Fiji, Papua Nugini, Pulau Solomon, Timor Leste, Vanuatu, dan Kaledonia Baru, serta perwakilan dari Melanesian Spearhead Group yang berpusat di Vanuatu.
Sejak saat itu kegiatan besar lintas-negara dengan semangat Melanesia relatif tidak lagi terdengar di Indonesia. Kini satu dekade kemudian semangat itu kembali hadir di Provinsi NTT bawah kepemimpinan Gubernur Melki Laka Lena.
Kehadiran IPACS 2025 di Kupang menjadi momentum penting kebangkitan forum Melanesia yang lebih luas, inklusif, dan berakar pada diplomasi budaya. Ada 13 negara Pasifik yang hadir dalam ajang IPACS 2025 tersebut, yakni Indonesia, Fiji, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, New Caledonia, Kiribati, Kepulauan Marshall, Nauru, Palau, Tonga, Tuvalu, Vanuatu, dan Timor Leste.
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan NTT memiliki posisi strategis secara geopolitik dan geokultural di antara gugus kepulauan Pasifik.

“Saya percaya, IPACS bukan sekadar pertemuan kebudayaan, tetapi peristiwa kebangsaan dan kemanusiaan. Ia menjadi wadah bagi kita semua untuk menemukan kembali arti sebuah budaya dan kearifan lokal,” kata Melki pada acara Welcome Dinner Delegasi IPACS 2025 di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Selasa malam (11/11/2025).
Melki menambahkan kedekatan historis dan budaya antara NTT dan kawasan Pasifik tidak bisa dilepaskan dari akar yang sama, dari rahim samudra yang melahirkan peradaban Melanesia. Ia mengatakan NTT adalah wilayah yang penting secara geopolitik dan geokultural, yang menjadikannya salah satu alasan mengapa IPACS tahun ini diselenggarakan di Kupang.
Selain terhubung oleh geografi, kata dia, NTT dan Pasifik memiliki jiwa dan akar budaya yang sama. Sejak berabad-abad, hubungan ini telah dijalin melalui jalur pelayaran tradisional dan pertukaran budaya.
“Kita sama-sama memiliki bahasa lokal yang beragam, sistem sosial yang komunal, keterampilan pertanian dan perikanan tradisional, serta kehidupan yang dibangun di atas nilai gotong royong, solidaritas, dan penghormatan pada alam serta leluhur. Ini bukti bahwa kita berasal dari rahim samudra yang sama,” ungkapnya.
Ia mengatakan hal itu merupakan modal diplomasi paling otentik, diplomasi yang tidak lahir dari dokumen atau kepentingan, tetapi dari jiwa yang saling memahami dan saling menghormati.
“Di tengah dunia yang retak oleh sekat-sekat politik, budaya adalah bahasa keheningan yang menyatukan dan bahwa di tengah percepatan globalisasi, kearifan lokal adalah jangkar kemanusiaan yang menjaga keseimbangan dunia,” kata Melki.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menagatakan IPACS 2025 dapat menjadi wujud ekspresi persatuan lintas negara. Kawasan Pasifik memiliki ragam ekspresi budaya seragam, seperti kekayaan maritim yang berasal dari nenek moyang serumpun.
Pameran ini kata Dia, merupakan elemen ekosistem kebudayaan yang kaya dan mencerminkan semangat kolaborasi, sinergi serta keberlanjutan budaya yang hidup di Kawasan Timur Indonesia.
” Pameran IPACS 2025 adalah penghormatan dan perayaan warisan budaya yang berakar di tanah Nusa Tenggara Timur. Pameran ini juga mencerminkan komitmen Indonesia yang lebih luas untuk memajukan kebudayaan sebagai kekuatan penting bagi kerja sama regional, yang menghubungkan masyarakat di seluruh Nusantara dan Samudra Pasifikj,” uar Fadli Zon.
Kota Kupang, Provinsi NTT menjadi tuan rumah IPACS bukan karena kebetulan, melainkan karena secara geografis dan kultural, NTT adalah gerbang alami Indonesia menuju Pasifik.
” “Apa yang kita saksikan hari ini adalah sinergi dalam bentuk yang nyata, di mana para seniman, praktisi budaya, dan komunitas dari seluruh Nusantara dan Pasifik bersatu. Kita disatukan oleh satu visi, yaitu memajukan budaya sebagai kekuatan vital dalam jalinan peradaban dunia.”jelasnya.
Hadir dalam acara Welcome Dinner malam itu, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, Wakil Menteri Dalam Negeri RI, Ribka Haluk, para Delegasi IPACS 2025, Wakil Gubernur NTT, Johanis Asadoma, Ketua DPRD Provinsi NTT, Emelia J. Nomleni, Wali Kota Kupang, Christian Widodo, jajaran Forkopimda Provinsi NTT, pimpinan perangkat daerah Provinsi NTT, peserta residensi, kurator serta insan pers.(sj)















