Yusinta Nenobahan Ingatkan Pemekaran Amanatun-Amanuban Perlu Tata Kelola dan Legitimasi Sosial

- Jurnalis

Rabu, 2 Juli 2025 - 10:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

So’e, NTTPedia.id, — Tokoh perempuan Nusa Tenggara Timur (NTT), Yusinta Ningsih Nenobahan, menyampaikan pandangan kritis terhadap wacana pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Amanatun dan Amanuban, di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

 

Ia menegaskan bahwa pemekaran wilayah seharusnya tidak sekadar menjadi pemisahan administratif, melainkan harus menjadi langkah strategis untuk mempercepat pembangunan yang terarah dan berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

 

“Pemekaran bukanlah sekadar memisah wilayah, tapi menyatukan cita-cita pembangunan yang terdekat dan terukur,” kata Yusinta dalam pernyataan tertulis yang diterima media, Selasa (1/7/2025). Ia mengingatkan bahwa pemekaran yang tidak disertai dengan pembenahan tata kelola dan perencanaan fiskal yang matang justru akan menimbulkan kekecewaan masyarakat.

 

Yusinta menyebut, proses pemekaran harus berangkat dari analisis potensi dan kebutuhan nyata daerah. Ia menilai penting untuk menghindari jebakan pemekaran yang hanya mengejar status administratif tanpa kesiapan infrastruktur, kapasitas birokrasi, dan kemampuan ekonomi lokal.

 

Yusinta menekankan pentingnya memperkuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai pilar utama kemandirian fiskal. Menurutnya, PAD tidak boleh dipahami sekadar sebagai bagian dari pembagian “kue anggaran”, tetapi harus dilihat sebagai sarana memperkuat basis ekonomi masyarakat secara adil dan berkelanjutan.

Baca Juga :  Kunjungi Petani Jeruk, Menteri BUMN Erick Thohir Apresiasi Klaster Pertanian Binaan BRI

 

Ia mengingatkan bahwa ketergantungan pada dana transfer dari pemerintah pusat masih menjadi tantangan utama bagi banyak DOB di Indonesia. Untuk menghindari jebakan tersebut, daerah perlu lebih serius dalam membangun kapasitas ekonomi lokal dan kelembagaan masyarakat.

 

“Kalau tidak disiapkan sejak awal, DOB akan tumbuh dalam ketergantungan fiskal, dan itu berbahaya dalam jangka panjang,” ujar pendiri sekaligus Ketua Yayasan Yusinta Ningsih Sejahtera (YNS) ini.

 

Yusinta juga menyoroti kesiapan sumber daya manusia (SDM) lokal sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan DOB. Ia menilai bahwa SDM yang kompeten dan memahami tata kelola daerah sangat penting agar pemerintahan DOB tidak sekadar menjadi replika dari kelemahan birokrasi yang ada.

 

Selain itu, ia mendorong agar komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah pusat diperkuat melalui Forum Komunikasi Nasional Percepatan Pemekaran Daerah Otonomi Baru (Forkonas DOB). Forum ini dinilai berperan penting sebagai saluran resmi penghubung antara aspirasi daerah dengan kebijakan nasional.

Baca Juga :  Pendampingan dan Trauma Healing Serta Bantuan Sembakonya,  Aksi Yusinta Nenobahan untuk Korban Bencana Kuatae TTS 

 

Sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap proses pemekaran Amanatun dan Amanuban, Yusinta mengusulkan empat langkah strategis yang perlu segera dijalankan:

 

1. Audit Potensi Wilayah, mencakup pemetaan komoditas unggulan, kualitas SDM, dan kondisi layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.

2. Simulasi Keuangan DOB dan Daerah Induk, untuk mengukur kekuatan fiskal serta risiko pembiayaan jangka menengah.

3. Deklarasi Dukungan Masyarakat, guna memperkuat legitimasi sosial dan membangun rasa kepemilikan terhadap proses pemekaran.

4. Koordinasi Terpusat melalui Forkonas, agar perjuangan DOB memiliki arah yang jelas dan dukungan kebijakan yang konsisten dari pemerintah pusat.

 

Yusinta mengingatkan bahwa tujuan akhir dari pemekaran adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh proses perencanaan dan advokasi harus menjawab kebutuhan riil warga.

 

“Pemekaran harus menjadi jalan baru menuju perubahan yang lebih baik. Bukan hanya soal garis batas administratif, tetapi tentang bagaimana rakyat mendapatkan pelayanan publik yang lebih cepat, pendidikan yang lebih dekat, dan akses ekonomi yang lebih terbuka,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Jernihkan Persoalan Dengan Pendeta Nelson, Yusinta Nenobahan dan Kuasa Hukum Penuhi Undangan Sinode GMIT
Melki Segera Berlakukan Program Jam Belajar Masyarakat untuk Atasi Krisis Literasi di NTT
Melki Laka Lena Dorong Kawasan Ekonomi Khusus di Perbatasan RI–Timor Leste
Jembatan Palmerah dan Pembangkit Listrik Arus Laut Didorong Jadi Proyek Strategis Nasional
Peringati 50 Tahun Balibo Five, Dewan Pers Timor-Leste Tekankan Keberanian Jurnalis
Panglima FDTL: Militer Tidak Akan Ganggu Pekerjaan Wartawan di Timor Leste
Literasi NTT Masih Rendah, Hanya 24,7% Kategori Baik, STN NTT Dukung Pergub Jam Belajar di Rumah
Tokoh Muda Diaspora NTT di Jakarta Dukung Rencana Pergub Jam Belajar di NTT : Dekati Kaum Muda dengan Buk

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 17:29 WIB

Jernihkan Persoalan Dengan Pendeta Nelson, Yusinta Nenobahan dan Kuasa Hukum Penuhi Undangan Sinode GMIT

Rabu, 22 Oktober 2025 - 20:37 WIB

Melki Segera Berlakukan Program Jam Belajar Masyarakat untuk Atasi Krisis Literasi di NTT

Selasa, 21 Oktober 2025 - 19:46 WIB

Melki Laka Lena Dorong Kawasan Ekonomi Khusus di Perbatasan RI–Timor Leste

Selasa, 21 Oktober 2025 - 07:47 WIB

Jembatan Palmerah dan Pembangkit Listrik Arus Laut Didorong Jadi Proyek Strategis Nasional

Kamis, 16 Oktober 2025 - 18:15 WIB

Peringati 50 Tahun Balibo Five, Dewan Pers Timor-Leste Tekankan Keberanian Jurnalis

Berita Terbaru