Kupang, NTTPedia.id,- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjadi Poros budaya Melanesia di Asia Pasifik. Hal ini ditandai dengan Kota Kupang kembali menjadi tuan penyelenggaraan festival budaya Melanesia seperti pada tahun 2015 yang lalu melalui Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan penyelenggaraan Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025 di Kupang menjadi momentum dilplomasi untuk menegaskan posisi NTT dan Indonesia di kancah internasional terutama dalam memperkuat jalinan dengan negara-negara Melanesia dan Pasifik.
Dihadapan Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, di Rumah Jabatan Gubernur NTT, Minggu (26/10/2025), Melki menyatakan kesiapan Pemerintah Provinsi NTT mendukung penuh penyelenggaraan IPACS yang akan digelar pada 11–13 November 2025 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“ Teknisnya nanti kita bikin tim supaya bisa mempersiapkan semua. Intinya, provinsi siap mendukung kegiatan ini dengan baik sesuai kemampuan kami. Jika ada kendala, tentu kami akan komunikasikan dengan pusat,” ujar Melki.
Festival kebudayaan Melanesia kata Melki menjadi momentum untuk mempromosikan keindahan alam, kuliner, dan produk-produk kreatif Flobamorata. Ia mengatakan dunia harus tahu bahwa NTT tidak hanya kaya budaya, tetapi juga memiliki potensi besar di bidang pariwisata dan ekonomi lokal.
Penyelenggaraan IPACS di Kupang adalah babak baru diplomasi budaya Indonesia di kawasan Pasifik. Kegiatan ini menjadi bagian dari soft diplomacy Indonesia untuk memperkuat hubungan dan solidaritas antarnegara di kawasan Melanesia–Oseania, yang memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan NTT.
Berdasarkan informasi dari Ditjen Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Kemenbud RI, IPACS 2025 akan dihadiri oleh 17 negara Pasifik–Oseania, di antaranya Fiji, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Salomon, dan Timor Leste. Sebanyak 10 negara telah mengonfirmasi kehadiran, dengan lima di antaranya akan diwakili langsung oleh Menteri Kebudayaan.
IPACS akan diawali dengan residensi budaya selama satu minggu (3–10 November 2025) di Kupang, yang menghadirkan praktisi budaya dari negara-negara undangan untuk belajar kerajinan bambu, musik, dan tari tradisional. Hasil karya mereka akan dipamerkan pada acara puncak IPACS.
Direktur Diplomasi Kebudayaan Kemenbud RI, Raden Usman Effendi, menyebut pelaksanaan IPACS di Kupang adalah pengakuan terhadap posisi strategis NTT dalam jejaring budaya Melanesia.
“NTT punya DNA Melanesia yang kuat — dari warna kulit, tarian, sampai filosofi hidupnya. Ini bukan hanya warisan, tapi identitas yang bisa menjadi kekuatan diplomasi Indonesia di Pasifik,” ujarnya.
Kegiatan IPACS dirancang untuk memperkuat jejaring budaya, dialog, dan implementasi Culture 2030 Goal, serta menjadi ruang pemberdayaan komunitas budaya lokal di tengah isu global seperti perubahan iklim dan ketahanan sosial.
Dalam beberapa kesempatan Melki kerap menekankan bahwa NTT harus tampil sebagai “jendela peradaban Melanesia di Asia Pasifik.” Melalui kegiatan seperti IPACS, NTT tidak hanya menjadi penonton dalam percaturan diplomasi Pasifik, tetapi aktor penting yang mempertemukan nilai-nilai tradisi, modernitas, dan kerja sama lintas batas.
“Kita ini bagian dari dunia Melanesia. IPACS adalah cara kita menyapa saudara-saudara di Pasifik dan menunjukkan bahwa NTT siap menjadi rumah bersama budaya Melanesia,” tegasnya.
Dengan semangat itu, IPACS 2025 di Kupang bukan hanya peristiwa budaya, tetapi juga langkah simbolik memperkuat posisi Indonesia—dan NTT khususnya—dalam jejaring diplomasi budaya Melanesia.(humas)















