Kupang, NTTPedia.id — Senin 21 Maret 2022 bertempat di Palacio Ballroom Aston Hotel Kupang, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dijadwalkan akan membuka dua iven besar Bank NTT, yakni Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD serta program Ramai Skali tahun 2022.
Dua orang guru besar dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW) yakni Prof. Dr. Intiyas Utami,SE.,M.Sc.,Ph.D dan Prof. Dr. Daniel Kameo,Ph.D turut menjadi juri dalam ketiga iven tersebut. Selain itu, ada sejumlah nama-nama dari kalangan profesional yang turut dilibatkan menjadi juri dalam kegiatan dimaksud.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, akhir pekan kemarin di Labuan Bajo, menegaskan hal itu. “Kita akan meluncurkan Festival Desa Binaan dan Festival PAD dimana festival ini juga bertambah jumlah pesertanya. Ini akan dirangkai dengan kegiatan-kegiatan inklusi keuangan yang kita kenal dengan kegiatan Ramai Skali,”tegas Alex sembari menambahkan, Ramai Skali adalah gerakan edukasi usia dini terhadap masyarakat milenial untuk melaksanakan transaksi atau melakukan inklusi keuangan dengan lembaga jasa keuangan.
Dalam konsepnya, kompetisi ini bakal sengit karena setiap kabupaten harus mengirim lima desa terbaik sebagai nominator yang mewakili Kabupaten itu. Kehadiran Festival Desa Binaan Bank NTT ini sebagai wujud mengimplementasikan misi yaitu sebagai “Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat” dan “Menggali Sumber Potensi Daerah untuk diusahakan secara Produktif bagi kesejahteraan Masyarakat NTT”
Ini juga upaya mendukung Pemerintah Daerah Provinsi NTT dalam mengentaskan kemiskinan di NTT dengan mendesain pembinaan di masyarakat desa berupa peningkatan literasi keuangan, pelatihan dan pendampingan masyarakat desa di NTT.
Tiga desa yang dinobatkan sebagai yang terbaik di tahun 2021 yakni Desa Ajaobaki di TTS sebagai juara satu, Desa Hadakewa di Lembata sebagai juara dua dan Desa Detusoko Barat sebagai juara tiga. Menyisihkan puluhan desa lainnya.
Kini, ketiga desa ini sementara berselancar di dunia maya, karena aneka produknya sudah dikenal di level nasional. Contohnya Desa Ajaobaki terkenal karena aneka penganan berbahan khas lokal, yakni hasil pertanian masyarakat setempat, mereka pun miliki aneka minuman lokal hasil fermentasi. Hadakewa pun sama. Pantai yang dulu jorok disulap jadi spot wisata mahal dengan omset puluhan juta per bulan. Ada resto dan aneka fasilitas hiburan disana.
Belum lagi Detusoko, yang memiliki website sendiri, mengajak siapa saja datang dan menikmati panorama wisata disana, bersama petani menanam padi, maupun melakukan panen bersama. Dan peminatnya tak sedikit. Jangan ditanya mengenai omset ketiga desa ini.
Lagipula Festival Desa Binaan ini untuk menuntun kehidupan masyarakat desa ke arah yang lebih sejahtera, meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, mewujudkan kemandirian masyarakat desa.
Keunggulan lain iven ini yakni meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa yang Multiply Effect, menciptakan Desa Binaan yang mandiri dan berbasis digital, sentralisasi produk perbankan baik itu produk Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit dan juga menjadi pusat informasi potensi unggulan di daerah tersebut.
Masyarakat dilatih dan didampingi hingga berhasil dalam pengolahan, packaging hingga pemasaran produk lokal unggulannya.
Di sektor pariwisata pun sama. Ada narasi yang dihadirkan untuk menjembatani pesan leluhur ke generasi berikutnya, narasi ini tercatat secara digital, dan siapapun yang ke lokasi, tinggal scan pada barcode yang disiapkan lalu dengan mudahnya mengikuti alur ceriteranya.