Nutrition International dan Save the Children Latih Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kupang

- Jurnalis

Rabu, 30 Maret 2022 - 19:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kupang, NTTPedia.id, – Nutrition International dan Save the Children, bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation), melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA), menyelenggarakan pelatihan tentang pengelolaan program gizi yang meliputi suplementasi tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil, suplementasi vitamin A, dan pengobatan diare pada balita dengan oralit dan zink bagi tenaga kesehatan dari Kabupaten Kupang.

Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Kristal Kupang ini bertujuan mengembangkan kapasitas staf Puskesmas, khususnya bagian kesehatan keluarga dan gizi, serta bagian penanganan diare, untuk dapat meningkatkan kapasitasnya dalam bidang konseling dan manajemen program gizi mikro (suplementasi TTD untuk ibu hamil, suplementasi vitamin A, dan penanganan diare pada anak menggunakan oralit dan zink).

Pelatihan akan berlangsung hingga Jumat (01/04) dan diikuti oleh 50 tenaga kesehatan pengelola program gizi dari 17 Puskesmas di Kabupaten Kupang. Fasilitator pelatihan merupakan staf Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang yang telah mengikuti pelatihan untuk pelatih program gizi sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Maternal and Child Nutrition Advisor dari Nutrition International dr.Tutut Sri Purwanti dalam sambutannya mengatakan proyek BISA ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi remaja perempuan dan laki-laki, serta ibu hamil, bayi, dan anak-anak dalam lingkup 1000 hari pertama kehidupan. Indonesia memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30,8% pada tahun 2018 dan telah menurun bila mengacu pada data hasil Studi Status Gizi Indonesia terakhir.

Terkait dengan faktor penentu stunting, pemerintah telah menetapkan target penurunan stunting menjadi sebesar 14% pada tahun 2024, selain itu prevalensi anemia dan kekurangan energi kronis pada kehamilan juga ditargetkan untuk turun.

“Proyek BISA ini dirancang untuk berkontribusi pada tujuan pengurangan stunting nasional dan khususnya di kabupaten dampingan, salah satunya di Kabupaten Kupang,” ujar dr. Purwanti.
Salah satu fokus proyek BISA adalah mengenai gizi wanita. Status gizi wanita penting untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, serta untuk tumbuh kembang bayi mereka.

“Diet bergizi, pelayanan praktik gizi, dan gizi yang optimal sangat penting untuk mencegah segala bentuk malnutrisi sebelum, selama kehamilan, dan saat menyusui,” kata dr. Purwanti.

Dokter Purwanti menjelaskan bahwa wanita lebih cenderung mengalami kehamilan yang sehat dan tidak mengalami komplikasi yang mengancam jiwa jika bebas dari segala bentuk kekurangan gizi pada saat menjadi hamil, melakukan diet bergizi, memiliki akses layanan gizi penting, dan menerapkan praktik pola makan yang optimal selama kehamilan.

Baca Juga :  Sampai Juli, Pemilih di Sikka sebanyak 204.556

“Selain itu, ibu dengan gizi yang baik akan menurunkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sehingga membantu untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya pada anak usia dini. Setelah kelahiran, perawatan gizi juga sangat penting untuk memenuhi gizi ibu saat menyusui dan untuk mengembalikan simpanan gizi tubuh mereka,” tuturnya.

Salah satu materi dalam pelatihan peningkatan kapasitas ini adalah konseling gizi yang dapat membantu seorang wanita dan anggota keluarganya membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk meningkatkan asupan gizi. Hal ini termasuk pengambilan keputusan dan tindakan tentang jenis, keragaman dan jumlah makanan yang wanita harus makan untuk memenuhi kebutuhan diet, jumlah aktivitas fisik yang dia butuhkan, dan konsumsi suplemen makanan yang diperlukan.

“Banyak wanita tidak menerima konseling gizi berkualitas, meskipun layanan ini direkomendasikan dalam komponen pelayanan kesehatan.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas tentang bagaimana meningkatkan cakupan, kualitas dan pemerataan konseling gizi ibu dan pengasuh bayi atau balita,” kata dr. Purwanti.

Dokter Purwanti menegaskan bahwa konseling idealnya mencakup remaja putri dan wanita usia subur dalam tiga periode: prakonsepsi (bagi mereka yang merencanakan kehamilan); kehamilan; dan setelah melahirkan (setidaknya enam bulan setelah melahirkan). Namun untuk pelatihan kali ini, materi konseling berfokus pada masa kehamilan dan masa pengasuhan bayi/balita.

“Konseling adalah salah satu bentuk komunikasi antar pribadi yang membantu mempengaruhi individu untuk mengadopsi dan memelihara praktik positif. Konseling gizi ibu, bayi, dan balita merupakan salah satu proses interaktif antara penyedia layanan, seorang wanita, dan keluarganya selama informasi tersebut dibagikan dan dukungan diberikan agar wanita tersebut, pengasuh, dan keluarganya dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memperbaiki gizi dirinya dan anaknya,” jelas dr. Purwanti.

Dokter Purwanti berharap selama pelatihan peserta memperoleh penyegaran ilmu sehingga memperkaya pengetahuan untuk peningkatan dan pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas dan kader posyandu di desa masing-masing. Pelatihan juga diharapkan dapat meningkatkan cakupan dan mutu penyuluhan gizi sebelum dan selama kehamilan, menyusui, dan pengasuhan anak sampai dengan 2 tahun serta 5 tahun.

Baca Juga :  Nutrition International dan Save the Children Gelar Pelatihan Penanggulangan Anemia bagi Remaja Puteri

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dr.Tjokorda Istri Sri Febrian S, dalam sambutannya menegaskan tentang pentingnya pendataan dan analisis data yang baik oleh tenaga kesehatan di lapangan. Dikatakan bahwa Kabupaten Kupang menargetkan untuk menurunkan angka stunting sebesar 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target ini diperlukan kerja keras dan kerja sama lintas sektor.

Sejauh ini pelayanan posyandu telah berjalan dengan baik, seperti penimbangan berat untuk bayi balita, namun yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan gizi di mana data tersedia namun tidak ada asesmen dan analisa data. Sebagai contoh, tenaga kesehatan tidak hanya memasukkan data hasil timbangan anak, namun perlu juga menganalisa anak-anak yang timbangannya tidak naik dalam bulan berjalan.

“Dengan analisa tersebut dapat diketahui anak mana yang status gizinya buruk, gizi kurang dan seterusnya. Dari situ dapat ditelusuri penyebabnya, apakah pola makan yang salah, atau sanitasi yang tidak bersih. Selanjutnya perlu sweeping dengan mengajak masyarakat datang ke posyandu,” tambah dr.Febrian.

Dokter Febrian juga menekankan agar pemberian TTD pada ibu hamil perlu terus diperhatikan karena masih ada ibu hamil yang tidak dapat TTD. Gizi ibu hamil pun harus diperhatikan, dan ibu hamil tidak boleh mengalami anemia, dan jika Hb (hemoglobin) turun di bawah 8 g/dL, maka itu mempertaruhkan dua nyawa.

Terkait dengan pemberian vitamin A di Kabupaten Kupang, meskipun cakupan pemberian vitamin A sudah mencapai 97%, namun tenaga kesehatan harus tetap waspada karena meskipun bukan lagi merupakan salah satu indikator percepatan penurunan stunting, pemberian vitamin A tetap penting untuk meningkatkan imunitas balita sehingga mencegah diare dan pneunomia.

Dokter Febrian mengharapkan peran aktif peserta selama pelatihan karena pengetahuan yang diperoleh sangat berguna bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan balita di wilayah masing-masing. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Nutrition International untuk komitmen dalam mendukung upaya percepatan penurunan angka stunting melalui program BISA.

Pelatihan ini dilakukan secara daring dan luring, dan peserta dibagi ke dalam dua kelas yang masing-masing terdiri dari 25 orang. Semua peserta, narasumber, dan panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat termasuk persyaratan hasil rapid test antigen yang negatif.(Fdz)

Berita Terkait

PPI NTT Angkatan 1990-2006 Serahkan Sembako di Panti Asuhan dan Bagi Janda, Sambut Hari Sumpah Pemuda 2025
Gubernur NTT Sosialisasikan Gagasan Jam Belajar dan Ibadah Keluarga di UNIPA Maumere
Sejumlah Toko di Malaka Kedapatan Jual Beras Diatas Harga Eceran Tertinggi 
In House Training SMA Kristen Kesetnana, Guru Harus Menjadi Pelopor Literasi Digital
Literasi NTT Masih Rendah, Hanya 24,7% Kategori Baik, STN NTT Dukung Pergub Jam Belajar di Rumah
Gagasan Jam Belajar Melki, Guru Besar Undana: Ide Bagus Tapi Belum Sentuh Akar Masalah Pendidikan
Melki Lakalena Bangun Revolusi Belajar dari Rumah, Keluarga Jadi Tiang Utama Pendidikan NTT
Konten Kreator di SBD Ditahan Polisi Akibat Pelecehan Seksual Sesama Jenis 

Berita Terkait

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 20:50 WIB

PPI NTT Angkatan 1990-2006 Serahkan Sembako di Panti Asuhan dan Bagi Janda, Sambut Hari Sumpah Pemuda 2025

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 17:10 WIB

Gubernur NTT Sosialisasikan Gagasan Jam Belajar dan Ibadah Keluarga di UNIPA Maumere

Jumat, 24 Oktober 2025 - 17:36 WIB

Sejumlah Toko di Malaka Kedapatan Jual Beras Diatas Harga Eceran Tertinggi 

Senin, 20 Oktober 2025 - 15:40 WIB

In House Training SMA Kristen Kesetnana, Guru Harus Menjadi Pelopor Literasi Digital

Kamis, 16 Oktober 2025 - 16:54 WIB

Literasi NTT Masih Rendah, Hanya 24,7% Kategori Baik, STN NTT Dukung Pergub Jam Belajar di Rumah

Berita Terbaru