Kupang, NTTPedia.id,- Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT menjadi salah satu destinasi yang dikunjungi oleh para Laskar Rempah selama mengunjungi Nusa Tenggara Timur (NTT). Laskar Rempah yang tergabung dalam Muhibab Budaya Jalur Rempah tiba di Kota Kupang, sebagai titik persinggahan ke enam, setelah menempuh perjalanan panjang, mengarungi laut menggunakan KRI Dewaruci.
Para kontingen Laskar Rempah telah melakukan pelayaran, dimulai dari Surabaya, Makasar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda Neira dan singgah di Kota Kupang, sebelum kembali lagi ke Surabaya.
Kunjungan laskar rempah ini tidak terlepas dari inovasi yang dilakukan oleh Julie Sutrisno Laiskodat dan Merry Fransiska Djogo sebagai ketua dan wakil ketua Dekranasda NTT. Kolaborasi dua perempuan ini telah menjadikan Dekranasda NTT sebagai destinasi favorit untuk melihat hasil kekayaan intelektual milik rakyat NTT.
Kunjungan Laskar Rempah ke Dekranasda NTT ini diterima secara meriah dengan tarian daerah serta pengalungan kain tenun ikat NTT. Merry Fransiska Djogo mengatakan kunjungan laskar rempah tersebut untuk belajar menenun, serta melihat budaya dan kekayaan intelektual masyarakat NTT.
“Jadi hari ini Laskar Rempah tidak bisa mengunjungi daerah satu per satu, sehingga diharapkan sebagiannya bisa terwakili di Dekranasda NTT. Karena disni kita bisa melihat NTT secara mini, dari stand-stand yang disipakan,” ujar Merry saat menerima Laskar Rempah di halaman Dekransda NTT, Minggu 26 Juni 2022.
Menurutnya, seluruh kekayaan intelektual yang terpajang di Kantor Dekranasda NTT merupakan warisan budaya dari para leluhur, yang harus dilestarikan oleh generasi muda.
“Semua ini kekayaan intelektual dari nenek moyang kita. Sehingga kita upayakan agar anak muda mau melanjutkan budaya ini,” jelas Fransiska, yang merupakan isteri dari Wakil Gubernur NTT, Josef Adrianus Nae Soi.
Sejauh ini, kata dia, Dekranasda NTT sudah mengajarkan 1000 orang anak muda, untuk belajar menenun, agar warisan budaya dari para leluhur tetap dilestarikan.
“Kita sudah ajarkan 1000 anak muda untuk belajar menenun. Dan sekarang mereka sudah mendapatkan penghasilan dari hasil tenun yang mereka buat,” terangngnya.
Direktur Pelindungan Kebudayaan, Kemendikbudriatek, Irini Dewi Wanti, SS, M.SP, menjelaskan, kehadirannya di Provinsi NTT bukan hanya sekedar peserta dari Jalur Rempah.
“Karena memang saya ingin sekali mengunjungi NTT, dan mau belajar lebih dalam lagi tentang kekayaan intelektual luar biasa yang dihasilkan oleh masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, tahun 2021 lalu, kekayaan intelektual masyarakat NTT sudah diusulkan penominasiannya untuk disetujui unesco sebagai salah satu warisan budaya dunia. Salah satunya tenun NTT.
“Tetapi tentu harus melalui mekanisme dan prosedur, sehingga prosesnya tidak bisa mendadak. Selain tenun ikat, ada empat warisan budaya lain yang diusulkan,” ungkapnya.