Kupang, NTTPedia.id – Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) luncurkan dan canangkan gereja ramah disabilitas.
GMIT Paulus menjadi gereja pertama dalam wilayah pelayanan yang telah menerapkan sejumlah indikator pemenuhan gereja ramah disabilitas, dengan harapan gereja-gereja lainnya menerapkan hal yang sama.
Peluncuran dilakukan Wakil Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Saneb Blegur didampingi Sekretaris serta Wakil Pdt. Lay Abdi Wenyi dan Pdt. Zimrad Karmany.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita perlu memberi apresiasi kepada majelis dan jemaat GMIT Paulus karena telah berani melangkah maju, dengan menyiapkan sarana dan prasarana berbakti di gedung kebaktian ini, yang aksisebel bagi saudara-saudara kita disabilitas,” ungkap Pdt Blegur.
Menurutnya, langkah ini patut diikuti oleh gereja -gereja lainnya sehingga dapat memperkuat komitmen GMIT untuk menciptakan gereja sebagai ruang inklusif, yang akhirnya GMIT menjadi rumah bersama bagi semua, tanpa adanya diskriminasi dan kekerasan.
“Kedepan kita segera melaksanakan Worskhop Gereja Ramah Disabiltas bagi 57 Klasis dalam Wilayah Playanan GMIT. yang hasilnya semua gereja dapat menjadi Gereja Ramah Disabilitas”, tambah Pdt. Saneb Blegur.
Pembacaan deklarasi gereja ramah disabilitas dilakukan oleh Pdt Lay Abdi Wenyi selaku sekretaris, disaksikan oleh ratusan Jemaat GMIT Paulus yang mengikuti kebaktisan secara langsung, maupun daring.
Pencanangan GMIT Paulus sebagai gereja ramah disabilitas juga dihadiri oleh sejumlah perwakilan organisasi disabilitas di Kota Kupang maupun Kabupaten Kupang.
Ruth Diana Laiskodat saat membacakan sambutan Gubernur NTT menyampaikan, tak dapat dipungkiri dalam menjalani kehidupan sosial penyandang disabilitas sering kali terpinggirkan.
Mereka menghadapi berbagai hambatan, mulai dari stigma negatif, keterbatasan aksesibilitas, hingga minimnya dukungan kebijakan yang inklusif.
“Masyarakat sering kali memandang disabilitas sebagai kelemahan, bukan sebagai bagian dari keberagaman manusia. Hal ini tentu membuat penyandang disabilitas tidak mendapatkan ruang yang setara dalam pendidikan, pekerjaan, maupun aktivitas sosial lainnya,” jelasnya.
Mantan Kadis Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT itu juga mengatakan, akibat dari perlakuan tidak manusiawi tersebut, banyak dari kaum disabilitas merasa terisolasi, tidak dilibatkan, dan kehilangan kesempatan untuk berkontribusi secara maksimal.
“Hari ini merupakan momen spesial di mana Gereja menyatakan komitmen penting dalam menghadirkan ruang yang inklusif dan ramah bagi para penyandang disabilitas,” tutup Ruth Laiskodat.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian alat bantu bagi pemberdayaan penyandang disabiltas dari Pemerintah Kota Kupang oleh Kadis Sosial Kota Kupang, Toto Assan.
Kebaktian Peluncuran Gereja Ramah Disabiltas GMIT Paulus dipimpin secara bersama oleh pengkhotbah ketua UPP hubungan Oikumenis dan Kemitraan MS GMIT, Pdt. Leny H. F. Gana – Mansopu dan liturgos Pdt. Ferderik Herison Here Wila yang adalah Ketua UPP Kategorial MS GMIT.