Sponsori BRI Liga 1, Dirut BRI Analogikan Sepak Bola Seperti Miniatur Organisasi

- Jurnalis

Minggu, 12 September 2021 - 21:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, NTTPedia.id,- Kompetisi terbesar sepak bola tanah air akan segera dimulai setelah BRI diumumkan sebagai title sponsor pada 12/08 lalu. Partisipasi BRI secara langsung dilakukan untuk mendukung kompetisi BRI Liga 1 kembali bergulir, sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional khususnya agar industri sepak bola nasional, termasuk UMKM di industri turunannya kembali bergeliat.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa dengan peran yang sedemikian besar, BRI tergerak untuk menjadi title sponsor.

“Sebagai perusahaan BUMN, BRI terus menciptakan value, baik economic value maupun social value kepada seluruh stakeholders, utamanya kepada masyarakat. Dengan menjadi sponsor utama Liga 1, BRI mewujudkan komitmen tersebut, bahwa keberadaan BRI memberikan makna bagi masyarakat Indonesia,” tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, sepak bola bukan sekadar olah raga dan hiburan masyarakat. Melampaui hal itu sepak bola adalah seni manajerial untuk meraih tujuan bersama yaitu kemenangan dan menjadi juara. Dia menuturkan, sudah tertarik dengan sepak bola sejak sejak kecil. Hobinya bermain sepak bola ternyata berlanjut hingga saat ini.

Ketika sudah meraih kesuksesan sebagai orang nomor satu di bank terbesar di Tanah Air pun, Sunarso masih suka bermain sepak bola. Kini dia sering bermain dengan seragam kesebelasan dari BRI, tentunya lengkap dengan sepatu sepak bola. Namun, sekarang sepak bola baginya bukan cuma hobi. Sunarso tak segan membawa filosofi sepak bola dimanapun ia memimpin perusahaan. Di bawah kepemimpinannya, BRI bahkan mampu melalui tantangan yang sifatnya global atas krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Baca Juga :  BRI Salurkan Seribu Tempat Tidur untuk Penanganan Covid-19

Menurut Sunarso, sepak bola adalah miniatur dari sesuatu yang besar atau simplifikasi dari sesuatu yang kompleks. Yakni sebagai organisasi. Dalam bermain sepak bola di dalam lapangan 11 orang pada satu tim harus teroganisir dengan baik yang tujuannya untuk menciptakan Gol (goal – tujuan). Pun demikian dengan organisasi yang juga memiliki goal (tujuan) yang ingin dicapai bersama.

“Baik dalam sepak bola ataupun organisasi yang profit oriented seperti BRI, ada kerja sama, hingga mekanisme pengambilan keputusan agar bisa menciptakan goal. Itu (sepak bola) menurut saya baik untuk saya jadikan modelling untuk melakukan strategizing di organisasi,” tuturnya.

Sebagai CEO, dia pun menyinggung strategic management dalam dunia sepak bola maupun dalam korporasi besar seperti BRI. Dia mencontohkan ada satu negara di Asia yang menetapkan visinya ingin menjadi juara dunia sepak bola pada 2050. Jika pemain sepak bola berada pada masa produktifnya pada usia 25 tahun, artinya pemain-pemain yang dirancang untuk mejadi juara dunia tersebut saat ini belum dilahirkan. Dari contoh tersebut, menurut Sunarso menjadi juara dunia memerlukan visi yang harus dibangun dan dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.

Baca Juga :  Punya Visi Kuat, Dirut BRI Sunarso Raih Penghargaan Leadership Excellence Award

Pembangunan dan persiapan dalam menggapai visi juara tersebut, lanjut dia, akan terkait dengan proses pembentukan fisik, karakter, keterampilan, hingga tingkat kecerdasaan pemain. Pun demikian dengan perusahaan besar seperti BRI, manajemen saat ini harus merancang visi atau road map sematang mungkin untuk menentukan keberlajutan dan meraih keberhasilan di masa depan.

Sunarso mengambil contoh lain yang terjadi di dunia sepak bola dan bisa diaplikasikan dalam perseroan. Pada musim 2003, 2004 dan 2005, rival abadi FC Barcelona, Real Madrid, memiliki tiga gelandang hebat dunia saat itu yaitu David Beckham, Luis Figo dan Zinedine Zidane. Namun, hal itu tak menjamin Real Madrid menjadi jawara sepak bola Spanyol.

Real Madrid hanya menjuarai Piala Super Spanyol dalam rentang waktu tersebut. Sedangkan musuh abadinya, Barcelona, selama 2003-2005 mengoleksi satu gelar Liga Spanyol sebagai kompetisi kasta tertinggi, dan musim 2004-2005 menjuarai Piala Super Spanyol.

“Barcelona kenapa hebat pada saat itu? Dia konsisten untuk mendidik pemainnya, membangun timnya sejak dari masih muda. Saya bisa tarik kesimpulan, sebenarnya adalah tim yang hebat itu bukan dibeli meskipun kita mampu beli, tim yang hebat itu memang harus dibangun dan dipersiapkan. Dan Barcelona punya tradisi untuk membangun tim seperti itu,” pungkasnya.(AP)

Berita Terkait

Melki Dorong NTT Jadi Poros Baru Melanesia di Asia Pasifik
Jernihkan Persoalan Dengan Pendeta Nelson, Yusinta Nenobahan dan Kuasa Hukum Penuhi Undangan Sinode GMIT
Melki Laka Lena Dorong Kawasan Ekonomi Khusus di Perbatasan RI–Timor Leste
Jembatan Palmerah dan Pembangkit Listrik Arus Laut Didorong Jadi Proyek Strategis Nasional
Tokoh Muda Diaspora NTT di Jakarta Dukung Rencana Pergub Jam Belajar di NTT : Dekati Kaum Muda dengan Buk
Orang Tua Murid di NTT Dukung Jam Belajar di Rumah Untuk Kurangi Kecanduan Gadget, Perkuat Literasi Anak
Gagasan Jam Belajar Melki, Guru Besar Undana: Ide Bagus Tapi Belum Sentuh Akar Masalah Pendidikan
Gagasan Jam Belajar Gubernur Melki Laka Lena Kelanjutan Semangat Gong Belajar Era Frans Lebu Raya

Berita Terkait

Minggu, 26 Oktober 2025 - 13:17 WIB

Melki Dorong NTT Jadi Poros Baru Melanesia di Asia Pasifik

Kamis, 23 Oktober 2025 - 17:29 WIB

Jernihkan Persoalan Dengan Pendeta Nelson, Yusinta Nenobahan dan Kuasa Hukum Penuhi Undangan Sinode GMIT

Selasa, 21 Oktober 2025 - 19:46 WIB

Melki Laka Lena Dorong Kawasan Ekonomi Khusus di Perbatasan RI–Timor Leste

Selasa, 21 Oktober 2025 - 07:47 WIB

Jembatan Palmerah dan Pembangkit Listrik Arus Laut Didorong Jadi Proyek Strategis Nasional

Kamis, 16 Oktober 2025 - 15:28 WIB

Tokoh Muda Diaspora NTT di Jakarta Dukung Rencana Pergub Jam Belajar di NTT : Dekati Kaum Muda dengan Buk

Berita Terbaru