Jakarta, NTTPedia. Id-, Pengungkapan kasus tewasnya Prada Lucky Cepril Saputra Namo, anggota TNI AD yang bertugas di Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT menjadi atensi semua pihak. Tokoh NTT asal Nagekeo, William Yani Wea, mendesak proses hukum yang transparan untuk keadilan dan kemanusiaan.
“Pelaku harus diusut tuntas. Pelaku mesti dihukum berat. Ini demi keadilan dan atas nama kemanusiaan,” tegas William kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (9/8/2025)
Menurut William, apa yang dialami Prada Lucky mencerminkan tindakan yang sadis dan tidak beradab yang terjadi di dalam asrama tentara. Hal ini tidak bisa ditolerir dari segi nilai kemanusiaan mana pun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Berhadapan dengan kasus seperti ini, akal sehat kita boleh bertanya; apa yang dilakukan komandan batalyon di Nagekeo sana? Apa saja kegiatannya? Bagaimana mungkin hal-hal keji seperti ini bisa lolos dari radar komandan dan para petinggi langsung Prada Lucky?,” tanya William.
William kemudian lebih jauh mempertanyakan urgensi dan relevansi keberadaan batalyon di Nagekeo, terutama bagi masyarakat setempat. Pengalaman sadis yang menimpa Prada Lucky kiranya menjadi evaluasi penting bagi keberlanjutan batalyon di Nagekeo.
Menurut William, evaluasi ini perlu menjadi perhatian serius, karena mencerminkan tindakan tentara terhadap tentara, apalagi Prada Lucky adalah juga anak tentara. Hal ini tidak bisa dibayangkan oleh orang sipil seperti warga lokal di sekitar Batalyon.
William Yani Wea yang juga merupakan kandidat doktor di IPDN merasa pihatin dan terpukul ketika melihat video tentang jeritan seorang ayah ketika jenazah anaknya harus menunggu lama untuk di otopsi di Rumah Sakit Kupang . Jeritan yang penuh luka batin dari seorang ayah yang juga tentara ketika anaknya penuh penderitaan
“Sebagai putera daerah asli Nagekeo, saya sedih, kecewa dan sangat memakhlumi kemarahan, perasaan spontan orang tua Prada Lucky. Itu sangat manusiawi sebagai orang tua,” ungkap William.
Sebagai informasi, Lucky diketahui baru dua bulan menjadi seorang tentara sebelum akhirnya diduga dianiaya para seniornya hingga meninggal dunia. Lukcy mulai mengikuti pendidikan di sekolah calon tamtama (Secatam) TNI AD di Singaraja, Bali sejak Bulan Februari 2025.
Pada akhir Mei 2025, korban pulang setelah dilantik menjadi anggota TNI AD.
Lucky kemudian ditempatkan di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) yang bermarkas di Kabupaten Nagekeo, NTT.
Ada dugaan sangat kuat Prada Lucky dianiaya seniornya di dalam asrama.
Prada Lucky meninggal pada Rabu (6/8) pukul 10.30 Wita setelah menjalani perawatan selama empat hari di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo, Nagekeo.(AP)















