Kupang, NTTPedia.id,- Nama Erwin menjadi salah satu figur yang paling sering disebut para korban investasi bodong VIR di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia dikenal sebagai penghubung, motivator sekaligus pihak yang memiliki akses ke para pengelola Aplikasi VIR
Namun sejak komisi macet dan sistem VIR mulai bermasalah, keberadaan Erwin justru ikut menghilang. Hal itu menyisakan tanda tanya besar bagi para anggota yang merugi puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.
Erwin yang beberapa kali dihubungi NTTPedia.id melalaui short massage service (SMS) dan panggilan telepon tidak sedikitpun meladeni wawancara. Pesan Whatsapp yang dikirimkan juga hanya dibaca dan tidak memberikan balasan. Demikian juga dengan panggilan whatsapp, Erwin tidak memberi respon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
TS, salah satu korban asal Kota Kupang, menuturkan kepada NTTPedia.id bahwa ia mengenal VIR melalui jaringan pertemanan yang mengklaim bahwa Erwin adalah orang yang paling tahu perkembangan internal dan sering meyakinkan bahwa sistem aman.
TS mengaku mengalami kerugian puluhan juta rupiah setelah komisi yang dijanjikan tak kunjung cair. Ia dan sejumlah korban lain beberapa kali berusaha menghubungi Erwin untuk meminta kejelasan. Beberapa kali kata TS, Erwin mengatakan siap untuk bertanggung jawab.
” Di beberapa grup whatsapp sudah dikunci karena anggota banyak yang ribut meminta pertanggungjawaban dari Erwin. Sampai sekarang belum ada kejelasan apapun, ” kata TS, Senin, 17/11/2025.
TS mengatakan modus yang dilakukan VIR sangat meyakinkan anggota dijanjikan komisi harian serta mendapat penjelasan bahwa dana dikelola untuk proyek daur ulang sampah berskala besar. Namun setelah ribuan warga di NTT ikut bergabung, sistem mulai error, komisi terlambat, dan akhirnya berhenti total dengan alasan harus bayar pajak. Namun yang membayar pajak pun kata TS, tetap boncos alias komisi dan deposit tidak dikembalikan.
TS mengatakan Erwin yang sebelumnya aktif mengarahkan dan mendorong member untuk top up kembali tiba-tiba tidak lagi memberikan kabar apapun kepada para anggota.
Menurut TS,para korban kini tidak hanya menunggu pengembalian dana tetapi juga menunggu keberanian pihak-pihak yang pernah tampil sebagai koordinator lokalseperti Erwin dan para penasihatnya untuk muncul ke publik.
” Kami bukan mau menyalahkan satu orang saja tapi minimal muncul dan bicara. Kami kehilangan uang dan kami juga butuh kepastian siapa sebenarnya yang bertanggung jawab,” kata TS.
Hingga kini para korban terus berkoordinasi via whatsapp untuk mencoba mengumpulkan data dan mendorong laporan polisi serta dan menelusuri struktur jaringan VIR di daerah.(Sj)















