Kupang, NTTPedia.id – Jenazah anggota Teritorial Pembangunan (TP) 834 Wakanga Mere, Prada Lucky Namo (23) tiba di terminal Kargo Bandara El Tari Kupang, sekita pukul 14.02 Wita.
Keluarga menangis histeris saat peti jenazah yang dibalut bendera merah putih disambut secara militer. Ayah korban yang juga merupakan anggota TNI AD meluapkan emosinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Serma Cristian Namo meminta para pelaku yang menyiksa anaknya untuk dipecat dari TNI AD lalu diputus hukuman mati. “Saya meminta agar keadilan ditegakkan, karena ini menyangkut nyawa sang anak,” katanya.
Menurut Cristian Namo, dia menuntut keadilan agar para pelaku dihukum mati. “Saya tuntut keadilan pakai jalur hak asasi manusia, nyawa saya jadi taruhannya,” ungkapnya.
“Kalo keadilan sonde (tidak) terjadi, beta (saya) akan gali kembali kuburan untuk dibawa ke orang-orang yang paling bertanggungjawab,” tutupnya.
Awalnya jenazah Prada Lucky Namo dibawa ke Rumah Sakit Wirasakti Kupang atas permintaan kedua orang tua. Karena tidak ada dokter forensik, Cristian Namo kecewa dan membawa jenazah anaknya ke Rumah Sakit Bhayangkara, untuk diautopsi.
Setelah dilakukan koordinasi, Cristian Namo meminta pengemudi ambulans membawa jenazah anaknya ke rumah duka, di asrama tentara Kuanino untuk disemayamkan.
Sebelumnya, seorang prajurit TNI AD dari Teritorial Pembangunan (TP) 834 Wakanga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Prada Lucky Namo (23), meninggal dunia setelah dirawat secara intensif selama empat hari di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
Prada Lucky Namo diduga menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah seniornya di asrama, hingga dilarikan ke Intensif Care Unit (ICU) RSUD Aeramo sejak Sabtu (2/8/2025).
Menurut keterangan seseorang yang sempat mengurus jenasah Prada Lucky, terdapat sejumlah luka sayat dan lebam di sekujur tubuhnya. Pengakuan itu sama dengan sejumlah foto yang beredar dan terlihat pada Jenasah Prada Lucky Namo.















