Kupang, NTTPedia.id,—Brigjen Simon Petrus Kamlasi, Sabtu (17 Agustus 2024) siang kemarin, hadir dalam sebuah diskusi yang elegan di margasiswa Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang St Fransiskus Xaverius yang berlokasi di depan Mako Polda NTT. Telah menanti disana, puluhan pengurus aktif dan anggota. Di sebuah meja bundar, mereka berdiskusi beberapa hal yang sangat penting, terutama isu-isu strategis dan membutuhkan leadership yang kuat untuk menuntaskannya. Adapun isu itu seperti human trafficking, dimana NTT setiap tahun menerima ratusan peti jenazah yang tak lain, pekerja migran ilegal. Tak hanya itu, hutang Pemprov NTT yang nilainya fantastis juga ikut dibahas, belum lagi stunting dan pemimpin antikritik.
“Saya terkesima benar dengan pertanyaan adik-adik, bahwa bagaimana cara menghentikan human trafficking ini. Untuk masalah yang satu ini, benahi aparatnya dulu. Pemerintah dari tingkat bawah sampai atas, dibenahi dan diproteksi secara baik. Sistem yang dibangun benar-benar harus yang terbaik dan terus dievaluasi,”tegas sosok yang kerab disapa SPK ini sembari menambahkan, sasaran dari para pelaku human trafficking ini adalah kemiskinan. Mereka akan menyasar lokasi-lokasi yang merupakan kantong kemiskinan serta memberikan tawaran-tawaran menggiurkan. Tak hanya kemiskinan, terorisme pun menyasar kantong ini.
Berikutnya terkait masalah pariwisata, jangan ditanya lagi mengenai seperti apa potensi yang dimiliki oleh NTT. Menjadi masalah ketika wisatawan hanya beberapa saat saja berada di sebuah tempat, karena kurang terbangunnya koneksifitas. SPK mencontohkan Labuan Bajo.
“Wistawan datang kesana paling lama tiga hari langsung pulang. Mereka hanya disuguhi wisata laut dan gunung eksotik. Padahal jika diatur skemanya secara baik, mereka masih bisa ke Ruteng, lalu bergeser ke Ngada dan juga Ende, terus sampai ke Lembata. Itu pulau-pulau yang punya potensi wisata luar biasa. Saudara-saudara kita di Flores itu kaya akan potensi itu, kenapa tidak dimaksimalkan,”ungkap SPK lagi.